Kepala Bapenda Surabaya Dulunya Penghuni Asrama Bibit Unggul
Asrama Bibit Unggul telah resmi diluncurkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Senin (26/8).
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Asrama Bibit Unggul telah resmi diluncurkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Senin (26/8). Asrama yang berlokasi di Jl. Villa Kalijudan Indah XV/Kav. 2-4 Surabaya tersebut, dirancang untuk mencetak generasi emas dari keluarga tidak mampu.
Namun tahukah Anda jika Asrama Bibit Unggul sebenarnya telah dicetuskan Pemkot Surabaya sejak zaman Wali Kota Soenarto Soemoprawiro. Satu di antara alumni angkatan pertama Asrama Bibit Unggul adalah Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Surabaya Febrina Kusumawati.
Perempuan yang lekat disapa Febri itu pun berbagi kisah inspiratif tentang bagaimana program ini telah mengubah hidupnya secara drastis. "Saya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah kota. Kalau dulu tidak ada program Bibit Unggul dari pemerintah kota, mungkin saat itu saya tidak menjadi apa-apa sampai sekarang," ujar Febri dengan penuh syukur, Kamis (29/8).
Ia pun menceritakan masa lalunya yang tidak mudah. Ayahnya yang hanya seorang sopir taksi, mengalami kesulitan untuk membiayai sekolah. Namun, keberuntungan datang ketika Pemkot Surabaya memperkenalkan program beasiswa Bibit Unggul bagi siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu.
"Bapakku itu dulu sopir taksi. Karena pada saat itu bapakku sudah tidak bisa membiayai sekolah, kok ada sambutan dari pemerintah kota membuat Asrama Bibit Unggul," kenang Febri.
Nah, berkat rekam jejak prestasi akademik yang baik di sekolah, sehingga guru-gurunya mengusulkan Febri mengikuti seleksi program beasiswa Bibit Unggul. "Alhamdulillah akhirnya saya lolos," ujar wanita kelahiran Surabaya, 11 Februari 1976 ini.
Program Bibit Unggul mengambil siswa-siswi dari keluarga tidak mampu namun memiliki nilai rapor yang memenuhi kriteria. Febri pun berhasil melewati seleksi dan berkesempatan melanjutkan pendidikan di Universitas Airlangga (Unair). "Saya tidak terpikir saat itu bisa kuliah, kalau itu (program Bibit Unggul) tidak ada, saya tidak sampai kuliah," katanya.
Selama masa kuliah, Febri menjalani pembinaan di Asrama Bibit Unggul selama kurang lebih tiga tahun hingga akhirnya lulus. Setelah itu, peluang kembali menghampirinya ketika ada rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS). Febri mencoba peruntungan dan berhasil lolos seleksi PNS.
"Dulu saat kuliah semester awal sudah masuk Asrama Bibit Unggul, kurang lebih 3 tahunan sampai lulus. Setelah lulus kebetulan ada rekrutmen PNS, kemudian saya melamar dan alhamdulillah lolos," tuturnya.
Febri merupakan alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Airlangga (Unair). Pilihannya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri, didasari oleh kesadaran bahwa ia harus mempertahankan beasiswa yang diberikan oleh Pemkot Surabaya.
Febri mengakui bahwa program Bibit Unggul adalah estafet yang mengantarkannya pada kesuksesan. Tanpa program tersebut, besar kemungkinan ia tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. "Kalau saya tidak masuk negeri, beasiswaku terputus. Alhamdulillah Allah masih memberikan izin semua dan pemerintah kota support," terangnya.(ari/rd)