Khofifah Hadiri Salawat Kebangsaan di Bangkalan
Calon Gubernur Jawa Timur Nomor Urut 2 Khofifah Indar Parawansa hadir bersama ribuan warga masyarakat Madura dalam kegiatan Salawat Kebangsaan Bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf.
Bangkalan, HARIANBANGSA.net - Calon Gubernur Jawa Timur Nomor Urut 2 Khofifah Indar Parawansa hadir bersama ribuan warga masyarakat Madura dalam kegiatan Salawat Kebangsaan Bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf. Acara ini digelar dalam rangka Hari Santri Nasional di Lapangan Kahyangan Burneh, Bangkalan, Minggu (27/10) malam.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh keluarga besar Majelis Keluarga Besar Pondok Pesantren Syaichona Cholil, dan juga Majelis Keluarga Pondok Pesantren Nurul Cholil. Turut serta dalam kegiatan ini KH. Ahmad Fuad Nur Hasan dari Sidogiri, Kiai Jazuli Nur dari Bangkalan, para kiai bu nyai dari berbagai daerah di Madura, serta Haji Khaerul Umam atau yang akrab disapa Haji Her.
Di kesempatan ini, secara khusus Habib Syech menyampaikan apresiasinya atas begitu banyak capaian prestasi, kemajuan pembangunan, dan juga capaian di berbagai bidang dalam kepemimpinan Khofifah dan Emil Dardak di periode pertama.
“Terima kasih kami ucapkan pada ibu Khofifah, yang alhamdulillah capaian-capaian yang istimewa berhasil dicapai di bawah kepemimpinan beliau. Dan mudah-mudahan apa yang menjadi hajat kita bersama bisa dikabulkan oleh Allah SWT,” kata Habib Syech.
Sebagaimana diketahui, selama Khofifah menjabat ada sebanyak 700 lebih penghargaan diterima Jatim baik dari skala regional, nasional hingga internasional. Jatim berhasil menjadi provinsi terdepan di bidang pendidikan, berhasil signifikan menurunkan kemiskinan dan memajukan sektor pendidikan. Dan banyak lagi pembangunan dicapai demi upaya penyejahteraan warga masyarakat Jatim.
“Maka kita juga doakan bersama agar apa yang menjadi hajat Ibu Khofifah dimudahkan dan dikabulkan oleh Allah SWT,” imbuh Habib Syech disambut amin oleh puluhan ribu masyarakat yang hadir.
Di sisi lain, di momen ini, Khofifah menyampaikan bahwa peringatan Hari Santri menunjukkan bagaimana peran pesantren dan santri dalam menegakkan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, para penjajah masih belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Bahkan tentara Inggris masih datang ke Indonesia dan melakukan agresi di Surabaya.
Dalam kondisi tersebut, pendiri NU KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa pada seluruh santri dan pesantren untuk Jawa dan Madura. Bahwa membela kemerdekaan adalah fardu ain. Fatwa ini kemudian diserukan sebagai Resolusi Jihad. Dengan kobaran resolusi jihad itu, para santri, kiai di seluruh pesantren bersemangat untuk membela tanah air dan berjuang melawan penjajah.
Kegiatan Salawat Kebangsaan ini larut membawa para jamaah dalam khusyuknya salawat yang langsung dipimpin oleh Habib Syech. Mereka juga kompak mendoakan agar Khofifah kembali memimpin Jawa Timur di periode kedua.(dev/rd)