Khofifah: Jatim Provinsi Pertama Sahkan Perda-Pergub Pesantren

Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hadir dalam pengajian dan peresmian rehab Masjid Al Huda Tawangrejo, serta pawai obor.

Khofifah: Jatim Provinsi Pertama Sahkan Perda-Pergub Pesantren
Timur Khofifah Indar Parawansa hadir dalam pengajian dan peresmian rehab Masjid Al Huda Tawangrejo, Kabupaten Blitar.

Bilitar, HARIANBANGSA.net - Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hadir dalam pengajian dan peresmian rehab Masjid Al Huda Tawangrejo, serta pawai obor. Acara ini dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Blitar, Sabtu (12/10).

Dalam kesempatan ini, Khofifah menekankan HSN menjadi momentum untuk mengisi kembali semangat bagi santri dan warga NU untuk terus menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.

“Salah satu orang yang ditugasi penyiapan nomenklatur Hari Santri Nasional  oleh Presiden Jokowi saat itu adalah kami. Saat itu, Bapak Presiden Jokowi menelepon saya tepat tiga hari sebelum dilantik. Beliau menyampaikan Hari Santri akan disiapkan keppres atau perpres,” kata Khofifah.

“Bahwa kami  termasuk  salah satu yang diamanahi untuk menyiapkan payung hukum Hari Santri Nasional. Kemudian saya dengan Pak Pratik yang sekarang mensesneg saling bertukar email untuk menyiapkan draf yang bisa direkomendasikan pada Bapak Jokowi saat itu sebelum beliau dilantik sebagai presiden di tahun 2014,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perumusan HSN saat itu juga tidak sesederhana yang bisa dilihat. Akan tetapi ada yang sempat meragukan dan kesulitan untuk mencari bukti catatan sejarah bahwa yang berjuang saat peristiwa tewasnya AWS Mallaby itu adalah dari kalangan santri.

“Ada yang bilang, pada peristiwa itu santrinya hanya 12 orang. Ini menjadi hal penting menurut saya bahwa ternyata banyak yang ingin menghilangkan peran NU dalam memperjuangkan  kemerdekaan dan kemudian mempertahankan kemerdekaan RI,” kata Khofifah.

Karena itu sejarah NU yang berjuang habis-habisan untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan harus dikuatkan dan terus di-remain serta didokumentasikan

Terutama ketika Hadrotusy Syekh KHM  Hasyim Asy’ari mengomandani kiai dan santri dan mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad ini berisi kewajiban bagi setiap orang atau fardhu ain untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah yang masih berada di Indonesia.

“Bahkan saya menemukan catatan sejarah bahwa Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asy’ari dan menanyakan, kiai kalau saya ingin membangun semangat bersama untuk mempertahankan Indonesia apa yang harus saya ucapkan? Maka saat itu KH Hasyim Asy’ari menyampaikan ‘Tolong pekikkan kalimat takbir, Allahu Akbar,” urai Khofifah.

Lebih lanjut Khofifah juga menyatakan perhatian untuk pesantren dan santri. Saat zaman Gubernur Imam Utomo dan Pakde Karwo, ada beasiswa S1 untuk santri. Namun begitu Khofifah menjabat di periode pertama, ia menginisasi untuk menambah program beasiswa untuk santri dan guru madin, tidak hanya S1, tapi juga S2 dan hingga S3.

Tak hanya itu, Khofifah juga berhasil melaksanakan program beasiswa dari Pemprov Jatim untuk santri Jatim kuliah sarana di Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Bahkan Khofifah menghadap langsung pada Grand Syekh Al Azhar untuk mendapatkan kuota beasiswa santri Jatim kuliah di Al Azhar.(dev/rd)