Konferensi Marketing Terbesar Se-Asia Ungkap Optimisme Tahun 2022
MarkPlus Conference 2022 kembali digelar 8-9 Desember 2021, MarkPlus Conference 2022mengangkat tema besar Business Revival Toward The Endemic: Post Normal Marketing for 2022 and Beyond.
Jakarta, HARIANBANGSA.net - MarkPlus Conference 2022 kembali digelar 8-9 Desember 2021, MarkPlus Conference 2022mengangkat tema besar Business Revival Toward The Endemic: Post Normal Marketing for 2022 and Beyond.
Pada sesi Industry Outlook 2022, hadir pembicara serta pakar marketing dari berbagai latar belakang. Termasuk Hermawan Kartajaya yang dikenal sebagai Begawan Pemasaran di era ini. Dia juga menjadi penulis buku Marketing 5.0. yang mendapat predikat Best 30 Business Book oleh Soundview.
Memandu sesi ini, Hermawan terus menggaungkan 3 topik pemasaran di era endemi. Ia menekankan endemi bukan berarti bebas dari Covid-19. Tetapi hidup berdampingan dengan Covid-19. Ketiga topik tersebut adalah Marketing is Digital, Only Humanity Differentiates you from other Marketeers, dan Are you Strategic or Tactical.
“Marketing is digital anyway, apakah pemerintahan, consumer goods, healthcare, semuanya harus digital. Kalau tidak digital industri akan mati dan kaget.”, ujar Hermawan pada MarkPlus Conference 2022, Rabu (8/12).
Konferensi ini mendatangkan pembicara dari berbagai sektor. Termasuk Alphonsus Widjaja selaku ketua umum APPBI (Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia). Dari sudut pandang pelaku pusat perbelanjaan, dengan indikator kesehatan yang sudah menunjukan ke arah yang baik, vaksinasi, protokol kesehatan, dan aplikasi Peduli Lindungi apabila tidak konsisten akan menimbulkan masalah baru.
“Kalau terjadi penutupan usaha lagi, akan lebih berat dari penutupan usaha sebelumnya. Kita sudah mengalami penutupan pada tahun 2020. Tahun 2021 akan lebih berat karena tahun 2021 pelaku usaha sudah tidak memiliki dana cadangan lagi yang terkuras di 2020,” jelasnya.
Dari sektor pariwisata dan perhotelan, hadir AB. Sadewa selaku ketua Bidang MICE , Media dan Komunikasi BPP PHRI. “Di 2021 mulai ada peningkatan pariwisata, apabila regulasi mendukung sektor pariwisata, occupancy akan kembali meningkat di atas 60 persen,” ungkapnya.
AB. Sadewa juga bicara soal sustainable tourism, bagaimana pemakaian konsumsi air di perhotelan saat ini sudah diukur per unit kamar, limbah deterjen, konsumsi listrik, dan pemilihan peralatan lainnya yang beralih dari sekali pakai ke pemakaian berulang.
Dari sektor properti, hadir Amran Nukman selaku sekretaris jendral REI mengatakan, masa pandemi akhir tahun 2021 ini, dengan adanya insentif dari pemerintah di segmen harga Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar, tumbuh lebih besar dari segmen harga lainnya.
“Di segmen lainnya menurun, seperti di segmen harga Rp 300-500 juta menurun hingga 30 persen. Prediksi kami menuju endemi ini dengan adanya insentif dari pemerintah, akan terjadi pertumbuhan. Di 2022 secara overall bisa bertambah hingga 10 sampai 15 persen,” tukasnya.
Pihaknya memprediksi dari sektor properti, dibanding pusat perbelanjaan atau perhotelan, hunian akan mengalami pertumbuhan yang paling besar. Hal ini diakibatkan adanya perubahan pola hidup masyarakat semenjak pandemi yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Insight menarik datang dari Bima Arya Sugiarto selaku ketua umum Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) mengenai pembangunan kota di masa endemi. Bima menilai dukungan pemerintah pusat membantu percepatan pemerintah kota diperlukan kaitannya dengan kenyamanan masyarakat. Seperti dilancarkannya program mengatur soal sampah dan kebijakan penggunaan mobil listrik.(rd)