Lestarikan Seni Budaya Budaya Jawa Timur,  Disbudpar Jatim Gelar Seni Tradisi Wayang Kulit

Lestarikan Seni Budaya Budaya Jawa Timur,  Disbudpar Jatim Gelar Seni Tradisi Wayang Kulit
Dwi Supranto, SS, MM, Kabid Kebudayaan Perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur  saat sambutan.

Surabaya, HB.net - Antusias warga Surabaya menonton pagelaran wayang kulit di jalan Bratang yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sabtu (19/10/2024) malam  sangat luar biasa. Pagelaran itu sendiri adakan sebagai upaya Disbudpar Jawa Timur dalam melestarikan kesenian wayang kulit

Untuk menarik minat masyarakat, tidak hanya pagelaran wayang kulit yang ditampilkan malam itu. Panita juga mengadakan bazar dengan aneka jajanan, lomba tumpeng hias, hingga pagelaran reog. Tak heran jika kemasan yang apik ini menarik minat masyarakat untuk hadir.

Sejak sore, banyak masyarakat yang sudah berdatangan. Tak hanya menikmati kuliner yang ada, mereka juga menikmati hiburan tambahan yang disajikan panitia.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur Evy Afianasari dalam sambutannya yang diwakili Dwi Supranto, SS, MM. selaku Kabid Kebudayaan Perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur  menyampaikan, kebudayaan merupakan bagian penting dalam penguatan jati diri dan penguatan karakter bangsa atas dasar nilai–nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

“Alhamdulillah pada kesempatan yang berbahagia ini, kita masih diberi kesehatan untuk bersama sama menyaksikan keguyupan dan semangat seniman Jawa Timur dalam memajukan kebudayaan,” ujar Dwi Supranto mengawali sambutannya. 

Dwi Supranto menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan hari jadi Provinsi Jawa Timur ke-79.  Pemprov Jatim melalui  Disbudpar menyelenggarakan gelar seni tradisi(pegelaran seni budaya Jawa Timur) wayang kulit.

“Pagelaran wayang kulit ini kita adakan di 10 titik berbeda di kota Surabaya dan telah dilaksanakan sejak tanggal 11Oktober 2024 hingga 9 November 2024 mendatang,” terang Dwi Supranto.

Selain wayang kulit, dalam rangkaian gelar seni tradisi juga ditampilkan kesenian  lain seperti ludruk, campursari, maduraan, reog serta pertunjukan musik.

“Diharapkan melalui kegiatan ini, selain dapat menyemarakkan juga menjadi upaya pelestarian yang berdampak secara luas, baik pada seniman dan budayawan yang terlibat, maupun masyarakat secara umum,” terang dia.

Dwi Supranto menjelaskan, kebudayaan merupakan bagian penting dalam penguatan jati diri dan penguatan karakter bangsa atas dasar nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Keluhuram warisan budaya bangsa Indonesia ini menggugah mata dunia dan pada akhirnya mengakui bahwa warisan budaya kita sangat luar biasa, dan beberapa warisan budaya kita telah mendapat pengakuan dan penghargaan sebagai Masterpiece of oral and intangible heritage of humanity oleh UNesco, salah satunya wayang yang telah ditetapkan pada tahun 2003. Warisan luhur bangsa Indonesia ini harus terus dilestarikan.

“Ada pepatah mengatakan tidak kenal maka tidak sayang. Maka dari itu, kita harus mulai kenalkan budaya lokal yang kita miliki ini kepada generasi muda supaya muncul rasa bangga dan rasa memiliki terhadap budayanya,” pintanya.

Jawa Timur dikenal merupakan provinsi yang kaya akan potensi dan keragaman budaya. Jawa Timur memiliki 7.105 objek pemajuan kebudayaan dan 112 warisan budaya tak benda. Dari angka tersebut beberapa diantaranya berasal dari kota Surabaya, seperti ludruk (2014), Rujak Cingur (2021), Pecel semanggi(2022), serta tari ngremo surabayan dan maten Pegon (2023).

“Kekayaan ini tentunya menjadi potensi yang patut kita banggakan dan jaga  bersama seperti kita kembangkan dan manfaatkan secara maksimal guna mendukung kesejahteraan masyarakat. Kami sangat mengapresiasi penyelenggaraan penguatan pelestarian budaya melalui pegelaran wayang kulit ini.  Wayang kulit bukan sekedar tontonan, namun juga tuntunan yang menyampaikan nilai-nilai dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat,” terang Dwi Supranto.

Apalagi era gempuran teknologi dan globalisasi yang harus dihadapi dengan bijaksana. Namun demikian tuntunan dan nilai-nilai luhur bangsa tidak boleh luntur karenanya. Maka dari itu, penidikan moral menjadi sangat penting di tengah fenomena terkikisnya moralitas saat ini.

“Fenomena ini harus kita hadapi bersama. Kita optimisme dan semangat yang tak pernah padam, pemanfaatan teknologi dalam upaya pemajuan kebudayaan akan dapat tercapai. Masyarakat utamanya generasi muda, menjadi garda terdepan dalam pelestarian budaya. pelibatan masyarakat lintas generasi merupakan langkah positif untuk mencapai pemajuan bangsa utamanya dalam aspek sosial dan budaya,” ujarnya.

Di akhir sambutannya, Dwi Supranto berharap dengan pagelaran ini dapat menguatkan komitmen dalam mengawal pelindungan dan pengembangan budaya bangsa.

Sebelum pagelaran wayang kulit dimulai, terlebih dahulu diserahkan hadiah pada pemenang lomba tumpeng yang diikuti warga setempat. Selain itu juga diserahkan undian doorprize bagi penonton yang datang ke lokasi dengan bebagai hadiah yang menarik.  (ars/ns)