Menebar Virus Kebaikan di Desa Selopamioro

Ada yang tak biasa di Desa Selopamioro. Pagi itu, ada kesibukan beberapa perangkat desa dan warganya. Mereka tengah memersiapkan sebuah acara.

Menebar Virus Kebaikan di Desa Selopamioro
Dari kiri Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi, Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Lilik Sutiarso, dan salah satu wanita anggota kelompok tani Desa Seliopamioro.

Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Ada yang tak biasa di Desa Selopamioro. Pagi itu, ada kesibukan beberapa perangkat desa dan warganya. Mereka tengah  memersiapkan sebuah acara. Sejak pagi mereka berkemas dan bergiat. Sesekali ada canda tawa di antara mereka.

Ya, mereka tengah memersiapkan kedatangan jajaran direksi dan manajemen  PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI. Rombongan KBI dipimpin langsung oleh Direktur Utama Fajar Wibhiyadi.

Kehadiran manajemen KBI memang sangat ditunggu warga Desa Selopamioro. KBI-lah yang memberikan bantuan kepada warga desa itu. Berbagai peralatan untuk menunjang usaha mikro kecil menengah (UMKM) diberikan kepada mereka.

KBI menggandeng Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka ingin memberdayakan warga Desa Selopamioro agar kualitas hidupnya meningkat. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, mereka juga merasakan dampaknya.

Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi menanam bibit pohon di Bukit Dermo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi menanam bibit pohon di Bukit Dermo, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 

“KBI ingin mengedepankan aspek tumbuh bersama dengan masyarakat yang diberikan bantuan,” ungkap Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi, Rabu (17/3), saat berkunjung ke desa itu.

Konsep  Creating Shared Value (CSV) yang dipilih KBI. Konsep ini digunakan bukannya tanpa alasan. Dengan konsep ini, KBI melihat adanya kemanfaatan. Dengan konsep CSV tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, tapi juga memberikan manfaat bagi sustainibility bisnis korporasi KBI.

Menurut Fajar Wibhiyadi, kegiatan tangung jawab sosial dan lingkungan merupakan bagian besar dari kegiatan korporasi KBI. Kegiatan ini mengedepankan aspek 3P, yaitu People, Profit, dan Planet.

People dalam arti pengembangan SDM akan terus dilakukan dan menjadikannya berkompetensi. Profit, tentu saja menjadikan KBI sebagai korporasi yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Sedangkan Planet, bahwa dalam kegiatan bisnisnya, KBI tetap peduli kepada lingkungan yang diwujudkan dalam program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Lilik Sutiarso dan Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi (kanan) berdialog sambil memegang produk UMKM warga Desa Selopamioro.

Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Lilik Sutiarso dan Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi (kanan) berdialog sambil memegang produk UMKM warga Desa Selopamioro.

Terkait kegiatan berkonsep CSV, saat ini terdapat dua program yang telah dijalankan KBI, yaitu Program Integrated Farming System di Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, serta Program Kemitraan di Sistem Resi Gudang.

Untuk Program Kemitraan di Sistem Resi Gudang, sampai dengan saat ini telah dilaksanakan di tiga wilayah. Yaitu di Takalar dan Bantaeng, Sulawesi Selatan, untuk komoditas rumput laut. Lampung untuk komoditas beras, serta Blitar dan Tuban, di Jawa Timur, untuk komoditas gabah dan beras.

Sementara itu, Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM Prof Lilik Sutiarso mengungkapkan, kampusnya tak bisa berperan sendiri dalam Program Integrated Farming System ini.

“Dengan hadirnya KBI ini ada mutual benefit. Bagaimana ada hilirisasi teknologi ke masyarakat,” tukasnya ketika memberikan sambutan.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian ini, alat-alat yang diberikan kepada warga Desa Selopamioro ini sederhana. Namun ia berharap warga desa bisa mengembangkannya sehingga muncul teknologi baru.

Ia juga mengungkapkan, pihaknya diuntungkan dengan kedekatan lokasi. Sehingga pendampingan terhadap warga desa bisa terus berkelanjutan. Rupanya antara UGM dengan KBI klop dalam program ini.

Menurut Fajar Wibhiyadi, pengembangan usaha peternakan berbasis ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan, merupakan integrasi agribisnis peternakan. Termasuk dalam pengembangan pangan lokal dan potensi wisata daerah. Dengan program ini, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan peternak dalam pengelolaan usaha agribisnis peternakan.

Dengan demikian, program kemitraan ini tentunya juga akan memberikan manfaat dalam lingkup ekonomi nasional. Yaitu adanya database produksi dan konsumsi komoditas di Indonesia. Hal ini sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan pemerintah di bidang pangan dan perdagangan.

“Selain itu, adanya program kemitraan ini akan mempertahankan stabilitas harga komoditas sehingga sesuai dengan daya beli masyarakat,” imbuh Fajar Wibhiyadi.

Serta tentunya, meningkatkan dan memertahankan persediaan komoditas. Baik untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor.(rd)