Nilai Transaksi Pasar Fisik Timah di BBJ Capai Rp 0,5 Triliun
Pasar fisik timah dalam negeri yang mulai diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) sejak Maret 2021, hingga Agustus 2021 telah mencatatkan nilai transaksi lebih dari Rp 538 miliar.
Jakarta, HARIAN BANGSA.net - Pasar fisik timah dalam negeri yang mulai diperdagangkan di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) sejak Maret 2021, hingga Agustus 2021 telah mencatatkan nilai transaksi lebih dari Rp 538 miliar. Khusus di bulan Agustus 2021, tercatat nilai transaksi tertinggi sepanjang 6 bulan, yaitu sebesar Rp. 107,2 miliar dalam 220 lot.
Sepanjang pasar fisik timah dalam negeri diperdagangkan di BBJ telah terjadi pertumbuhan baik dari jumlah Lot maupun nilai transaksi. Di bulan Maret, tercatat transaksi dalam 160 lot dengan nilai transaksi sebesar Rp 57,3 miliar. Bulan April tercatat transaksi sebanyak 235 lot dengan nilai transaksi sebesar Rp 90,2 miliar.
Di bulan Mei, tercatat transaksi sebanyak 220 lot dengan nilai transaksi sebesar Rp 88,5 miliar. Bulan Juni, terjadi transaksi sebanyak 210 lot dengan nilai tranasksi sebesar 95,9 miliar, dan di bulan Juli tercatat transaksi sebanyak 215 lot dengan nilai transaksi sebesar 98,9 miliar.
Direktur Utama BBJ Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, adanya pertumbuhan transaksi pasar dalam negeri ini, menunjukan bahwa industri dalam negeri yang membutuhkan bahan baku timah mengalami kenaikan permintaan. “Ini juga menunjukkan mulai menggeliatnya ruang gerak perekonomian nasional,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI Persero) Fajar Wibhiyadi mengatakan, sebagai lembaga kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi, pihaknya telah memastikan bahwa semua transaksi yang ada di pasar fisik timah dalam negeri ini telah sesuai dengan regulasi yang berlaku, yang terkait kepastian penyelesaian hak dan kewajiban penjual dan pembeli, serta pelaporan transaksi.
“Adanya tata niaga perdagangan timah dalam negeri melalu bursa ini, tentunya akan memberikan dampak positif baik bagi para pelaku industri maupun untuk negara. Hal ini dikarenakan dengan mekanisme ini, akan tercipta transparansi dan semua transaksi yang terjadi tercatat dan bisa dimonitor oleh negara,” katanya, Kamis (16/9).
Perdagangan timah dalam negeri pada prinsipnya sama dengan transaksi pasar fisik timah murni batangan. Namun perbedaannya adalah para pesertanya. Dalam pasar fisik timah murni batangan, pesertanya adalah buyer dari luar negeri untuk kebutuhan ekspor. Sedangkan dalam perdagangan timah dalam negeri, buyer-nya berasal dari dalam negeri.
Adanya perdagangan timah dalam negeri sejalan dengan Peraturan Menteri Perdagangan No 53 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan nNomor 44/M- DAG/ PER/7/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa transaksi timah murni batangan wajib diperdagangkan di bursa.
Terkait pasar fisik timah murni batangan, telah berjalan di Bursa Berjangka Jakarta sejak tahun 2019, dan KBI juga berperan sebegai lembaga kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi.
Mekanisme perdagangan di pasar fisik timah dalam negeri pada dasarnya juga sama dengan transaksi timah luar negeri, yang membedakan hanya di lottase bahwa di pasar fisik timah dalam negeri 1 lot = 1 ton. Sedangkan untuk ekspor 1 lot = 5 ton. Jenis timah yang diperdagangkan juga sama dengan untuk ekspor, yaitu TLEAD300,200,100,50 dan TPURE099.
Stephanus Paulus Lumintang menambahkan, ke depan pihaknyaakan terus berupaya untuk mendorong peningkatan transaksi di pasar fisik timah dalam negeri ini, dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan pasar timah yang ada di Bursa Berjangka Jakarta.
BBJ juga terus berupaya untuk menambah jumlah partisipan untuk turut berperan aktif dalam transaksi. “Melihat pencapaian sampai dengan bulan Agustus, kami proyeksikan sampai dengan akhir tahun 2021 nilai transaksi di pasar fisik timah dalam negeri bisa mencapai angka Rp. 800 miliar,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fajar Wibhiyadi. Pihaknya optimis ke depan perdagangan pasar fisik timah dalam negeri akan terus tumbuh. Hal ini tentunya dipegaruhi oleh ekonomi Indonsia yang mulai membaik seiring menurunnya dampak pandemi Covid-19, yang tentunya membuat dunia usaha mulai bergerak.
“Sebagai lembaga kliring penjaminan dan penyelesaian transaksi, kami akan terus melakukan inovasi terkait layanan bagi para pemangku kepentingan di ekosistem pasar timah dalam negeri ini,” pungkasnya(rd)