Novel Triangle of Destiny, Novel Menggugah Empathy Perjuangan Insan Palestina
Surabaya,HARIAN BANGSA - Banyak cara untuk mengungkapkan rasa keprihatinan terhadap nasib rakyat Palestina yang didera Israel tiada henti. Novel karya Okin Lazuardi berjudul Triangle of Destiny ini mengangkat keprihatinan tragedi Palestina. Launching Novel fiksi perdananya berlangsung di Masjid Al Wasathiyah Telkom Landmark Tower Surabaya, Kamis (1/5).
Pria kelahiran Surabaya 23 Januari 1996 memilih Masjid sebagai tempat peluncuran novelnya untuk disaksikan para jemaah sholat Ashar. Meski belum pernah menginjakkan kakinya di tanah yang menjadi tempat peperangan tersebut, penulis bernama asli Mochamad Sholichin Lazuardi itu percaya diri membuat novel berlatar belakang tragedi di Palestina yang berlangsung hingga saat ini.
“Saya perlu waktu tiga bulan untuk merampungkan Triangle of Destiny. Novel ini merupakan pegembangan dari Cerita Pendek saya yang terbaik di platform berjudul asli Senyum Perpisahan Anthea diterbitkan Defamedia Klaten, "katanya.
Penulisan novel itu berdasarkan hasil riset dan wawancara terhadap warga Palestina yang keluarganya terdampak di Gaza, yakni Syekh Ahmed Abu Ajwa yang sekaligus ikut hadir di Launching Novel.
Syekh Ahmed diceritakan oleh Okin sebagai sosok yang menceritakan kejadian sebenarnya di Palestina sekaligus inspirator dalam menulis novel tersebut.
"Proses pembuatan novel ini terinspirasi dari Syekh Ahmed yang saat ini sedang menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran
(FK) Universitas Airlangga (Unair). Dia bercerita suka duka dengan keluarganya menjadi korban perang," kata Okin.
Dari cerita yang digambarkan oleh Syekh Ahmed, Okin menuliskannya dalam balutan kalimat sederhana dan mudah dicerna dari sisi kemanusiaan. Cerita dari narasumbernya tersebut dipadukan dengan data riset di dunia maya sehingga menjadi Triangle of Destiny.
Saya menggali ide, memetakan nama-nama tokoh mencari dan riset lewat internet juga," katanya.
Okin yang merupakan pensiunan PT Telkom Regional V Jatim Bali Nusra itu mengaku dengan bekal jiwa sastranya memberanikan diri membuat novel tersebut hingga menjadi karya yang siap dipasarkan.
"Novel ini masih terbitan indie, harapannya bisa dilirik penerbit mayor yang lebat besar.Teman-teman banyak yang mendukung, bahkan ada yang bilang bagus buat film. Ya, saya amini saja," ucapnya.
Dia menjelaskan sinopsis di dalam garapan novelnya tersebut menceritakan tiga tokoh fiksi bernama Ahmed, Abadard, dan Anthea, tetapi dikorelasikan dengan kejadian asli di Palestina.
Perjalanan Anthea, gadis Israel menemui kekasihnya di Gaza yang tidak mudah, bahkan di tengah konfrontasi perang antara kelompok Yaubil dan tentara Israel tiada henti.
Dalam perjalanannya, Anthea sempat ditangkap dan ditawan pasukan Zionis. Dia hampir dibunuh oleh Abadard, pemuda Palestina yang keras dan fanatik saat di Terowongan Gaza.
"Anthea berhasil selamat karena ada campur tangan Ahmed yang mengenal baik kekasihnya Yabil yang merupakan sahabat kecil Ahmed sesama Al Hafidz," jelasnya.
Namun, Anthea, Ahmed, Abadard dan teman-teman seperjuangan Palestina mengalami tragedi besar saat melangsungkan pesta pernikahan. Sebuah rudal Spike NLOS diluncurkan Zionis, memporak-porandakan bangunan dan seisi gedung tempat pesta berlangsung.
"Jadi, cinta mana yang akan menang dalam takdir yang sangat tidak terduga itu, apakah tetap menjadi tujuan dalam kisah ini atau tidak, itulah yang akan ditampilkan dalam novel yang saya buat," tuturnya.
Ia menambahkan, Novel ini ditulis untuk mengenang dan empati pada saudara-saudaraku yang masih tegar di Gaza, mengumandangkan azan yang menyayat hati di tengah konfrontasi perang yang tiada henti.
Okin mengaku tak memiliki target penjualan atas karyanya tersebut. Dia bersyukur novel buatannya itu bisa tuntas dan dipasarkan saja.
"Target ke depan, insyaallah saya akan membuat novel religius," kata dia.
Okin menyiapkan gimmick dalam pembelian novelnya itu berupa gantungan kunci, pin akrilik bendera Palestina, totebag dan pouch khas Palestina, serta masih banyak lagi.(mid/ns)