Pemkot Gelar Pelatihan Digitalisasi Branding dan Pemasaran
Salah satunya dengan pelatihan langsung ke pelaku wisata. Kali ini, Pemkot memberikan pelatihan Digitalisasi Branding, Pemasaran dan penjualan pada desa wisata, pondok wisata, kuliner, souvenir dan fotografi.
Probolinggo, HB.net - Pasca Pandemi Covid-19 yang memporak porandakan semua sektor terutama pariwisata. Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo memutar otak untuk memulihkannya.
Salah satunya dengan pelatihan langsung ke pelaku wisata. Kali ini, Pemkot memberikan pelatihan Digitalisasi Branding, Pemasaran dan penjualan pada desa wisata, pondok wisata, kuliner, souvenir dan fotografi.
Menurut Asisten Administrasi Pemerintahan, Gogol Soejarwo, Pemkot Probolinggo berkomitmen tinggi dalam membangun kepariwisataan berbasis budaya berlandaskan kearifan lokal.
“Maka, Go Digital menjadi penting, mengingat revolusi industri telah merambah ke berbagai aspek kehidupan dan pandemi Covid-19 memaksa serta mendorong manusia untuk memaksimalkan fungsi teknologi. Sebagai contoh layanan transportasi taksi, transaksi bank semuanya melalui aplikasi dan e-banking,” ujarnya.
Ia menjelaskan, program digitalisasi ini juga salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. “Wisatawan saat ini lebih memilih mendapatkan informasi melalui foto atau video yang terunggah di sosial media, seseorang akan mencari lebih detail mengenai destinasi wisata tujuannya,” katanya.
Gogol berharap, para pelaku usaha pariwisata dan pelaku ekonomi kreatif harus mempunyai tips dan trik dalam mempromosikan pariwisata.
Menurut Plt Kepala Dispopar, Fadjar Poernomo, pelatihan ini memang bermaksud untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pemasaran digital.
“Dan juga pentingnya fotografi dan bahasa yang efektif dalam pemasaran digital,” katanya. Pelatihan ini akan berlangsung selama tiga hari (sampai 24 Oktober). “Untuk hari terakhir, kita akan langsung praktek lapangan,” sambungnya.
Pelatihan diikuti 40 peserta, terdiri dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pelaku ekonomi kreatif dan pondok pesantren. Beberapa peserta pun membawa produk yang mereka hasilkan seperti bawang goreng, rengginang, kripik, dan lain sebagainya. “Itung-itung promosi,” kata salah satu peserta. (ndi/diy)