Pilkada Serentak Diundur, Satib: Ruang bagi Partai Uji Calon yang Diusung
"Mundurnya Pilkada , menjadi ruang bagi kita untuk membaca, benar tidak calon yang diusung Gerindra benar-benar bekerja untuk masyarakat,"kata Ketua DPC Gerindra Jember M. Satib.
JEMBER, HARIANBANGSA.net - Akibat mewabahnya Covid-19 di dunia bahkan juga di Indonesia, mengakibatkan gelaran Pilkada serentak yang harusnya dilaksanakan September mendatang harus mundur dan rencananya digelar Desember 2020. Gerindra sebagai partai yang sudah menetapkan H. Djoko Susanto sebagai calon yang diusungnya, mengaku siap untuk mengenalkan jagoannya itu ke masyarakat.
Bahkan mengesampingkan ego partai, untuk kepentingan masyarakat Jember untuk mendapatkan calon Kepala Daerah yang tepat dipilih, dengan mengedepankan komunikasi positif dengab elit partai lain. Terlebih lagi kondisi mewabahnya Covid-19 saat ini.
"Dengan mundurnya Pilkada Desember, menjadi ruang bagi kita untuk membaca, benar tidak calon yang diusung Gerindra ini benar-benar bekerja untuk masyarakat,"kata Ketua DPC Gerindra M. Satib saat dikonfirmasi disela giat pembagian sembako bagi warga terdampak Covid-19 Djoko Foundation, Minggu siang (3/5/2020).
Menurut Satib, potensi Djoko Susanto dinilai paling layak untuk menjadi calon bupati pada Pilkada mendatang. "Sehingga nantinya tanggung jawab kami untuk mengenalkan calon yang diusung itu ke masyarakat,"katanya.
Sejauh ini, lanjut Satib, belajar dari pemilu legeslatif sebelumnya, pihaknya memiliki cara dan strategi untuk mengusung calonnya. "Koalisi partai perlu, karena tidak ada partai yang bisa mengusung sendiri, dengan pertimbangan kursi,"katanya.
Sehingga dengan adanya koalisi di fraksi yang jumlahnya 10 kursi batasan minimal 20 persen untuk bisa mengusung calon kepala daerah yang diusungnya, dirasanya cukup.
"Tapi itu batas minimal, dan kita tidak menutup diri, apalagi waktu pilkada cukup panjang. Jadi membangun komunikasi politik masih kami lakukan, tidak boleh membangun ego partai, atau pribadi. Tapi ego masyarakat yang dikedepankan," ungkapnya.
"Gerindra tidak memaksakan kadernya jadi calon nomor satu, bahkan muncul nomor dua sebagai kadernya, sebagai suatu syarat untuk menerbitkan rekom karena harus berpasangan, juga dilakukan. Apakah itu harga mati? Ketika ngomong dengan partai lain ayo kita komunikasikan. Kembali ke kepentingan ego dari masyarakat yang dikedepankan,"jelasnya menambahkan. (ata/yud/ns)