Ratusan Napi Salat Ghaib untuk Korban Kanjuruhan
Mereka bersama-sama menggelar salat ghaib, di masjid dalam lapas. Mereka juga melantunkan shalawat dan do'a. Beberapa waktu kemudian, mereka melangsungkan salat tersebut berjamaah, dipimpin oleh salah seorang ustad. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil bersama.
Bondowoso, HB.net - Kejadian meninggalnya ratusan suporter arema, pasca terjadinya kericuhan di Stadion Kanjuruhan, usai laga antara Arema Fc Vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9) lalu, ternyata juga menimbulkan rasa empati bagi ratusan warga binaan (WBP) atau narapidana di Lapas Kelas II B Bondowoso.
Mereka bersama-sama menggelar salat ghaib, di masjid dalam lapas. Mereka juga melantunkan shalawat dan do'a. Beberapa waktu kemudian, mereka melangsungkan salat tersebut berjamaah, dipimpin oleh salah seorang ustad. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil bersama.
Meski berada di balik jeruji, mereka juga turut memberikan rasa simpati dan empati pada para korban. Selain itu, dengan pembacaan do'a tersebut, mereka berharap keluarga para korban diberikan kesabaran. Kemudian untuk korban yang luka-luka, bisa segera diberikan kesembuhan.
Kalapas Kelas II B Bondowoso, Sarwito menuturkan shalat ghaib tersebut merupakan salah satu bentuk empati, terhadap peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang. Korban yang terbilang cukup banyak itu, menurutnya memang mengundang perhatian dari sejumlah pihak. "Ini bukan tragedi nasional saja. Tapi mungkin juga tragedi dunia," katanya.
Ternyata, hal tersebut tidak hanya dilaksanakan karena terjadi kericuhan di Malang ini saja. Beberapa kejadian sebelumnya yang menewaskan banyak orang, para narapidana juga melakukan hal yang sama. Seperti saat terjadi erupsi Gunung Semeru beberapa waktu lalu. "Walaupun kita berada di posisi dalam tembok. Tapi, kita turut berempati dengan menggelar doa bersama," imbuhnya.
Sarwito juga berharap, para korban yang sudah meninggal, dapat diterima disisi-Nya dengan baik. Sementara untuk korban luka-luka, segera diberikan kesembuhan. Kemudian untuk keluarga korban, bisa diberikan kesabaran. "Mudah-mudahan kejadian ini tidak terulang lagi, dalam event sepakbola tingkat apapun," terangnya.
Lebih lanjut, dia juga menuturkan para narapidana khususnya yang beragama islam, sebenarnya setiap pagi sudah melakukan kegiatan keagamaan rutin. Seperti salat dhuha dan baca yasin setiap pagi. Dilanjutkan dengan pembelajaran membaca al-quran dan kitab. "Kesehariannya mereka sudah terlatih, dengan momen yang lain," pungkasnya. (gik/diy)