Realisasi Lahan Pertanian dan Produksi di Jember, Ditaksir Alami Penurunan

Ketua LP2M UNEJ, Yuli Witono, menerangkan, menanggapi hal tersebut, maka perlu langkah jangka panjang sebagai investasi solusi, untuk persoalan pangan di masa mendatang.

Realisasi Lahan Pertanian dan Produksi di Jember, Ditaksir Alami Penurunan
Ketua LP2M UNEJ, Yuli Witono.

Jember, HB.net - Data sementara dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, ditaksir akan mengalami penurunan realisasi lahan pertanian dan produksi hingga akhir tahun, sebesar 3,40 persen. LP2M UNEJ ungkapkan perhatiannya terhadap turunnya produksi beras yang ada di Jember.  LP2M UNEJ yang notabenenya melakukan pendidikan dan penelitian untuk kepentingan pengabdian kepada masyaraka.

Ketua LP2M UNEJ, Yuli Witono, menerangkan, menanggapi hal tersebut, maka perlu langkah jangka panjang sebagai investasi solusi, untuk persoalan pangan di masa mendatang.

"Yang paling penting itu mengeksplorasi, menggali, mengembangkan potensi lokal. Memang itu jangka panjang, tapi harus dilakukan. Karena kita sudah terbiasa bergantung pada impor." ungkapnya, saat ditemui di UNEJ, ditulis hari ini (30/11/2022).

Ia juga sempat menyinggung tentang Kabupaten Jember yang memang pernah menjadi juara atas produksi padinya, sehingga dikenal sebagai lumbung padi. "Sekarang turun, turunnya tentu kompleks ya, alih fungsi lahan dan macem-macem," ujarnya.

Menanggapi kompleksitas faktor dari penurunan tersebut, pihaknya juga membeberkan bahwa beberapa dari tim juga akan konsen melihat fenomena dari banyak pendekatan dan sudut pandang.

"Jadi temen-temen ini juga konsen, misalnya ada perda perlindungan lahan pertanian abadi, terus bagaimana ini harus diwujudkan. Misalnya pelepasan, itu tidak boleh sembarangan, ya regulatornya itu harus konsisten. Kalau wilayah terbuka hijau, ya jangan sampai digunakan untuk bangunan. Ini perlu keseriusan," tuturnya.

Ia menyampaikan kritiknya, kebiasaan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, khususnya beras, merupakan kebiasaan yang kurang baik. Sebab hal tersebut tentu tidak menyelesaikan persoalan kebutuhan pangan dari pangkalnya.

"Kita ada gunung dan pantai, ini potensi pangan yang luar biasa, harus dikembangkan," ujarnya. Sehingga, ia berkomitmen akan melakukan pengembangan untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat hingga pada level rumah tangga, sebagai bentuk pengabdian lembaga tinggi kepada masyarakat.

"Seperti model kawasan rumah pangan lestari begitu, kalau dulu namanya Apotek hidup. Seperti itu lah. Nah itu harus dikembangkan lagi," pungkasnya. (yud/bil/diy)