Reses, Anggota Dewan Diwaduli Sampah Popok

Sampah popok bayi dan manula kini jadi momok di pedesaan. Di Kabupaten Mojokerto, Pemdes Betro, Kecamatan Kemlagi mengatasinya dengan membuatkan tempat pembuangan akhir (TPA).

Reses, Anggota Dewan Diwaduli Sampah Popok
Anggota DPRD Jatim Hidayat didampingi Kades Betro Sutrikno dan ketua BPD saat menjalankan program reses di desa tersebut. Yudi EP/ HARIAN BANGSA

Mojokerto, HARIANBANGSA.net - Sampah popok bayi dan manula kini jadi momok di pedesaan. Di Kabupaten Mojokerto, Pemdes Betro, Kecamatan Kemlagi mengatasinya dengan membuatkan tempat pembuangan akhir (TPA).

Problem penanganan sampah ini mencuat dalam program penyerapan aspirasi masyarakat reses II 2022 yang digelar Hidayat, anggota DPRD Jatim, Selasa (31/5) malam. Acara di gedung pertemuan milik warga ini dihadiri seratusan warga dan pamong desa.

Kades Betro Sutrikno membeberkan sampah kini jadi masalah serius di daerahnya. Pihaknya terpaksa membangun sampah di atas lahan desa seluas 3 ribu meter. Ini menyusul dugaan rendahnya kesadaran masyarakat di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang belakangan sampai menyumbat laju air kanal dan tempat umum. Namun lacur, pembangunan yang bersumber dari APBDes tersebut mandeg sejak alokasi dana untuk dampak pandemi Covid-19 dua tahun lalu.

"Sekitar dua tahun lalu kita telah membangun TPA di desa kami. Nnamun mandeg karena dananya dialihkan untuk penanganan dampak Covid-19. Sampah popok itulah biangnya, gimana pengelolaannya," keluh Kades Sutrikno kepada Hidayat.

Namun sayangnya, pemdes tak mengungkap jumlah produksi sampah harian di desa tersebut. Ia menjelaskan kebiasaan sejumlah warga untuk mengurai sampahnya. "Kalau sampah organik sama plastik kan dibakar. Tapi bagaimana dengan sampah popok ini, dalamnya kayak ada jeli-jelinya gitu," tambahnya.

Adanya persoalan sampah ini dipertegas Iswan dari lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) setempat. Kepada wakil rakyat dari Dapil Jombang, Mojokerto dan Kota Mojokerto itu, ia meminta pembangunan tempat pembuangan sampah (TPS) dilanjutkan dengan dana dari Pemprov Jatim. "Karena sampah banyak dibuang ke sungai. Bahkan sampai menyumbat laju airnya," timpalnya.

Menjawab keluhan warga, Hidayat sedikit memberi edukasi. "Kalau warga jadi pelopor tidak buang sampah ke sungai, maka warga luar akan sungkan buang sampah. Namun demikian, fasilitas TPA itu penting. Pembangunan TPA bisa diusulkan asalkan tanahnya ada, dan yang penting untuk mengelola sampah bisa dilakukan warga," urainya.

Ia menyatakan akan membantu melanjutkan pembangunan TPA. "Prinsipnya hibah untuk TPA bisa dilaksanakan. Namun untuk pengelolaan TPA sudah harus ada manejemennya. Itu harus direncanakan dengan matang," jawabnya.

Politisi Gerindra ini menyampaikan sebagai wakil rakyat dirinya mempunyai kewajiban memperjuangkan setiap aspirasi yang masuk. "Apa yang menjadi usulan njenengan akan saya cantolkan di APBD. Tugas kami menjadikan keinginan Anda tersalurkan. Asalkan program yang terkait dengan kepentingan masyarakat, kepentingan ekonomi masyarakat, bukan kepentingan pribadi," janjinya.

Dalam kesempatan itu sejumlah usulan masyarakat masuk. Di antaranya adalah pengerasan jalan, rehab kantor desa, rehabilitasi gedung kelompok bermain Al Hidayah dan pengerukan saluran air di sepanjang jalan raya desa tersebut.

Seorang warga mengungkapkan saluran air sepanjang Ploso Jombang sampai Gedeg telah lama mengalami pendangkalan akibat abrasi. Hidayat juga menjanjikan akan memberikan alat fogging nyamuk demam berdarah menyusul  permintaan warga. (yep/rd)