Survei UMKM: Permintaan Lebih Tinggi dengan Digitalisasi
Peluncuran hasil survei dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor UMKM di Indonesia.
Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Sekitar 3 ribu UMKM berpartisipasi dalam survei terkait pandemi dan praktik usaha ramah lingkungan yang diluncurkan United Nations Development Programme (UNDP), Kementerian Koperasi dan UKM Indonesia, serta Indosat Ooredoo.
Berisi 58 pertanyaan tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor UMKM. Pertanyaan difokuskan pada permintaan terhadap produk, keuntungan selama awal pandemi 2020 dibandingkan selama PPKM darurat pada Juli-Agustus 2021. Pertanyaan juga berfokus pada potensi usaha ramah lingkungan dan digitalisasi di Indonesia.
Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo, Vikram Sinha mencatat pentingnya percepatan transformasi digital di Indonesia. “Kemitraan ini membantu kami memahami manfaat digitalisasi bagi masyarakat. Kami harap dapat digunakan para pembuat kebijakan untuk memanfaatkan peluang dalam digitalisasi dan praktik usaha ramah lingkungan,” katanya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia Teten Masduki meminta, UMKM mengadopsi praktik usaha ramah lingkungan serta berkelanjutan. Menurutnya, upaya mencari keuntungan yang merusak lingkungan harus ditinggalkan.
"Kegiatan ekonomi termasuk produksi, konsumsi dan distribusi harus memprioritaskan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia dalam jangka panjang. Banyak pengusaha muda telah meluncurkan usaha yang menghasilkan barang-barang ramah lingkungan, kita harus dukung usaha ramah lingkungan ini," ungkapnya.
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Norimasa Shimomura meminta, para pemangku kepentingan bekerja sama untuk meningkatkan sektor UMKM seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara yang lebih baik. “Sebagian besar pelaku usaha berpengaruh di sektor UMKM sangat menginginkan adanya perubahan.
Studi ini juga mengungkapkan manfaat langsung dari digitalisasi. UMKM yang bergabung dengan platform daring untuk memasarkan produk mereka selama pandemi Covid-19 mencatat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang usahanya dijalankan sepenuhnya secara luring.
Berdasarkan survei juga, 45,2 persen UMKM masih beroperasi normal, 30.9 persen UMKM masih beroperasi sebagian. Bahkan tidak ada yang berniat untuk menutup usaha secara permanen ditengah PPKM darurat. Survei tersebut juga menemukan, beberapa UMKM mengalami kerugian lebih dari 50 persen.
Survei tersebut merupakan studi kedua berturut-turut yang dilakukan terhadap dampak pandemi terhadap UMKM. Sebuah studi tahun 2020 tentang dampak bulan-bulan awal pandemi mengungkapkan hasil serupa dengan mayoritas UMKM melaporkan bahwa mereka mengalami dampak parah pada permintaan dan faktor lainnya. (diy/rd)