Tiga Siswa SMKN 1 Kalipuro Terduga Pelaku Tindak Kekerasan Minta Maaf

Didampingi pihak sekolah dan masing-masing orang tuanya, para terduga pelaku berinisial AG, RGF dan ASR meminta maaf kepada korban dan keluarganya.

Tiga Siswa SMKN 1 Kalipuro Terduga Pelaku Tindak Kekerasan Minta Maaf
Ketiga pelaku tindak kekerasan bersama orang tuanya datang ke rumah korban untuk meminta maaf.

Banyuwangi, HB.net - Tiga orang siswa terduga pelaku tindak kekerasan terhadap juniornya di SMKN 1 Kalipuro, mendatangi kediaman keluarga korban TG (16), Sabtu (29/1).

Didampingi pihak sekolah dan masing-masing orang tuanya, para terduga pelaku berinisial AG, RGF dan ASR meminta maaf kepada korban dan keluarganya. "Kami dari pihak sekolah berusaha memediasikan para Taruna (pelaku dan korban) yang terlibat, mereka semuanya adalah anak didik kami," kata Waka Humas SMKN 1 Kalipuro, Sulistyowati.

Menurutnya, proses mediasi tersebut berjalan lancar. Kedua belah pihak telah menulis surat pernyataan di atas materai sepakat untuk damai. "Kami tidak ingin adanya kasus ini anak-anak kami harus keluar sekolah. Untuk itu, kami ingin permasalahan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan," imbuhnya.

Sulistyowati pun meminta kepada korban TG untuk dapat masuk sekolah kembali seperti sedia kala.

Orang tua korban, Ratna mengaku telah memaafkan para terduga pelaku. Namun, dia meminta kepada ketiganya untuk tidak mengulangi tindak kekerasan tersebut kepada para juniornya. Ratna mengungkapkan, awalnya dia merasa khawatir akan kondisi buah hatinya yang mengeluh sakit pasca kejadian, Selasa (25/1).

Diapun membawa TG berobat di sebuah Klinik. "Untuk rasa sakit di dada sudah berkurang. Tinggal di perutnya," ujarnya.

Sementara Paman korban, Dedy mengungkapkan ketidakpuasannya. Pasalnya, Kepala Sekolah SMKN 1 Kalipuro tak ikut serta dalam proses mediasi tersebut. "Kami menyayangkan Kepala Sekolah Tidak datang dalam kesempatan ini. Kami merasa disepelekan,"ujar Dedy.

Bagaimanapun juga, kata Dedy, ini tanggung jawab Kepala Sekolah sehingga peristiwa kekerasan tersebut terjadi di lingkungan sekolah karena kurangnya pengawasan. "Masak gara-gara hilang uang, Siswa senior menghajar juniornya. Padahal pelakunya belum tentu mereka. Beda halnya kalau basis. Menurut saya ini sudah keterlaluan," pungkas Dedy. (guh/diy)