Tinjau RPH Halal Pegirian, Khofifah Imbau Penyembelihan Hewan Kurban Terapkan Prinsip Animal Welfare
Gubernur Khofifah meninjau hewan kurban yang siap disembelih dan melihat langsung kesiapan peralatan yang nanti digunakan untuk menyembelih hewan kurban.
Surabaya, HB.net - Menjelang Idul Adha 1444 H, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meninjau kesiapan rumah potong hewan (RPH) Halal Pegirian Surabaya, Sabtu (24/6)
Sesampainya di lokasi, Gubernur Khofifah meninjau hewan kurban yang siap disembelih dan melihat langsung kesiapan peralatan yang nanti digunakan untuk menyembelih hewan kurban. Selain itu, ia juga memastikan keberadaan juru sembelih halal di RPH Pegirian Surabaya.
Selanjutnya, juga meninjau ruang potong hewan yang dalam keadaan bersih dan dilengkapi dengan lafal basmalah di sisi kanan kiri tembok. Tujuannya, agar para penyembelih senantiasa mengingat untuk mengucap basmalah sebelum proses penyembelihan.
"Kami mengepresiasi bahwa di sini hewannya sehat, didampingi dokter hewan, dan juga sudah ada juleha (juru sembelih halal) yang bersertifikat," katanya.
Tak hanya itu, bercermin dari RPH Pegirian, Khofifah memberikan imbauan agar RPH di Jawa Timur menerapkan prinsip Animal Welfare atau kesejahteraan hewan dalam proses mempersiapkan hewan kurban.
"Kami mengimbau agar dalam penyembelihan hewan kurban nanti harus menggunakan prinsip animal welfare, selain sehat dan baik untuk hewan kurban dan yang mengkonsumsi, prinsip kesejahteraan ini juga memenuhi syarat sesuai dengan fiqih. Maka tentu kita harus menuju kesana. Hewan kurban jangan dibanting tetapi direbahkan," ungkap Khofifah.
Mantan Mensos RI ini memaparkan beberapa hal terkait Animal Welfare sendiri. Antara lain, bagi hewan dilarang ada pembantingan, hewan harus disembelih dengan mata pisau tajam, dan sebelum proses penyembelihan diberi pakan serta pengawasan kesehatan yang baik seeta dengan cara yang baik.
"Pada sapi-sapi diatas 800 kg ke atas itu dihindarkan ketika proses pemotongan jangan ada yang dibanting. Jadi pembantingan itu sudah harus dihentikan. Kita harus melakukan pembenahan proses, ada alat di Balai Besar Inseminasi Buatan di Singosari yang saya lihat 3 tahun lalu. Teknik pengangkatannya ada dengan alat hidrolik sehingga hewan kurban direbahkan saat penyembelehan," paparnya.
"Untuk pisau juga harus menggunakan mata pisau yang tajam. Sebelum proses penyembelihan, kesehatan hewan kurban harus menjadi concern kita. Harus diberi pakan yang baik dan diawasi kesehatannya," lanjutnya.
Khofifah pun memuji kinerja RPH Halal Pegirian atas perhatian yang mereka berikan pada hewan kurban. Hewan kurban yang telah dibeli atau disediakan oleh RPH diletakkan di ruang terbuka yang terlindung dari matahari, dengan pakan yang memadai dan terjaga kebersihannya.
Bahkan, RPH ini mendatangkan tim dokter hewan dari Universitas Airlangga Surabaya untuk memantau kesehatan para hewan.
"Luar biasa yang saya lihat karena sapi dan kambing yang sudah dibeli, atau yang disediakan disini, disiapkan makanannya dan dipantau oleh dokter hewan sampai dengan saat penyembelihan hewan kurban nanti. Melihat RPH ini, kita bisa membangun komitmen bersama bahwa hewan ternak juga harus diperlakukan dengan baik," ujar Khofifah.
Khofifah menekankan, bahwa kesejahteraan hewan ini berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat juga. Jika hewan kurban sehat, maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi yang berkurban dan yang mengkonsumsinya.
"Proses pemotongan hewan kurban itu konvergen. Jika hewan ternak yang menjadi kurbannya sehat, sudah dalam monitoring, serta hewan dan memenuhi syarat, dan proses penyembelihan mengedepankan animal welfare, maka yang mengkonsumsi akan sehat juga, sebab dagingnya halalan toyiban," ujarnya.
Di akhir, Khofifah berpesan kepada semua RPH di Jatim untuk tak lupa memperlakukan hewan ternak dengan baik sebagai bagian dari syariat dan syarat kurban. Bukan hanya saat Idul Adha, tetapi juga seterusnya.
"Tempat-tempat dimana dilaksanakan pemotongan hewan, termasuk hewan kurban, mari bersama kita maksimalkan prinsip animal welfare. Selain memenuhi standar kesehatan, sudah pasti secara syariat memenuhi syarat sebagai hewan kurban. Semoga dari sini semua berjalan lancar dan ibadah kita diterima Allah," harapnya.
Mantan Mensos RI ini turut memastikan bahwa para hewan ternak dalam keadaan sehat dan terbebas dari Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Sebagai informasi, berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, terdapat 130 Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R) yang tersebar di 38 Kab/Kota di Jatim. Namun untuk hari besar seperti Hari Raya Idul Adha pemotongan hewan boleh dilakukan di luar rumah potong hewan dengan tetap memperhatikan kaidah agama, mengikuti cara penyembelihan yang memenuhi kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan.
Dimana, data Tahun 2022 terdapat 19.764 tempat di luar rumah potong hewan yang melakukan pemotongan hewan kurban.
Sedangkan untuk Juleha, 130 Juleha yang bekerja di RPH-R sudah bersertifikat. Sedangkan 635 lainnya tergabung dalam anggota DPW Juleha Indonesia Jawa Timur. Dengan 105 orang telah bersertifikat kompetensi BNSP dan 530 lainnya direncanakan mengambil sertifikasi. Anggota DPW Juleha Indonesia sendiri adalah juru sembelih halal yang bekerja di TPH, Pelaku usaha Aqiqah, Catering, dan lainnya.
"Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim sejauh ini, alhamdulillah kebutuhan hewan kurban Jatim tercukupi ," tandas Khofifah.
Diketahui, berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim, proyeksi kebutuhan ternak kurban tahun 2023 di Jatim mencapai 304.108 ekor. Sedangkan ketersediaan hewan kurban di Jatim mulai sapi, kambing, domba maupun kerbau mencapai 2.014.660 ekor. Sehingga untuk hewan kurban Jatim 2023 masih surplus sebesar 1.710.444 ekor.
Sebelumnya, Khofifah juga telah melakukan peninjauan di sejumlah pusat penjualan hewan kurban di Jawa Timur. Di sana, ia memastikan bahwa hewan-hewan kurban telah menjalani vaksin Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Jatim sendiri telah mengalokasikan sebanyak 5.764.350 dosis vaksin PMK, dan telah terealisasi sebanyak 4.825.992 dosis. (dev/ns)