Uji Coba Sekolah Tatap Muka, Ning Ita Wanti-Wanti Taati Prokes
Sembilan bulan lamanya, para siswa di Kota Mojokerto menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara daring dari rumah.
Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - Sembilan bulan lamanya, para siswa di Kota Mojokerto menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau secara daring dari rumah. Hari ini, uji coba pembelajaran terbatas secara tatap muka mulai dilakukan untuk sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) negeri dan swasta.
Guna memastikan seluruh sekolah mentaati protokol pencegahan (Prokes) Covid-19, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah sekolah, Senin (30/11).
Dengan didampingi Kepala Dinas Pendidikan Amin Wachid, wali kota perempuan pertama di Mojokerto ini meninjau pembelajaran di sekolah komplek. Yakni SD Negeri 1, 2 dan 4 Miji. Di lokasi pertama, ia melihat secara langsung model pembelajaran yang dilakukan untuk para siswa. Mulai dari tempat cuci tangan pakai sabun (CTPS), desinfektan, bilik atau pelindung di meja para siswa, kelengkapan masker dan pelindung wajah, hingga ketersediaan air minum.
"Tentunya, yang pertama kali kita lihat adalah sarana dan prasarana. Apakah sudah memenuhi standar prosedur tetap (protap) yang telah ditentukan,” jelas Ning Ita, sapaan akrab walikota.
Mulai dari ketersediaan masker, CTPS, desinfektan, bilik bangku, dan tentunya air minum. Karena, para siswa ini tidak ada jam istirahat dan tidak ada kantin buka. Pihak sekolah yang harus menyediakan kebutuhan tersebut.
“Alhamdulillah ini berjalan lancar, nanti kita akan evaluasi kembali setelah tiga hari. Bagaimana kendala dan dinamikanya," kata Ning Ita.
Mengingat pembelajaran klasikal cukup lama, yakni tiga setengah jam, lanjut Ning Ita, maka pihak sekolah harus mampu memberikan model pembelajaran yang cukup mengasikkan agar siswa tidak merasa jenuh. Sekaligus untuk menghindari interaksi antar siswa saat menjalani pembelajaran.
"Mereka ini kan lama tidak bertemu dengan teman-temannya. Ada kerinduan di antara mereka. Maka guru dan pihak sekolah harus paham psikologis siswa," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Amin Wachid menambahkan, dalam pelaksanaan uji coba terbatas pembelajaran tatap muka SD dan SMP negeri dan swasta di Kota Mojokerto, dimulai sejak 30 November 2020. Untuk pembelajaran secara terbatas SD negeri dan swasta, dari 63 SD negeri dan swasta, ada 6 sekolah yang menjalankan pembelajaran secara daring. Dan 57 lainnya menjalani uji coba pembelajaran tatap muka.
Sedangkan 20 SMP negeri dan swasta, ada 5 sekolah yang menjalankan pembelajaran secara daring. Dan 15 lainnya menjalani uji coba pembelajaran tatap muka. Dengan demikian, dari 83 sekolah negeri dan swasta di Kota Mojokerto, yang menjalani secara daring sebanyak 11 sekolah. Dan sisanya, 72 sekolah mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka. Adapun mekanisme dalam uji coba pembelajaran tatap muka adalah dengan memberikan pembatasan jumlah siswa.
"Dalam satu kelas, maksimal siswa yang mengikuti adalah 50 persen. Dengan pembagian dua shift pembelajaran setiap harinya. Selain itu, setiap siswa yang menjalani uji coba pembelajaran tatap muka, harus memenuhi syarat. Salah satunya mendapatkan persetujuan secara tertulis dari orang tua/wali murid. Jika siswa tersebut sedang sakit, maka tidak dianjurkan untuk mengikuti uji coba pembelajaran ini," jelas Amin Wachid.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Ning Ita juga menyempatkan berbincang dengan para siswa. Salah satunya dengan siswa kelas II Bima Tri Vagani dan Iven Putrilia Wahid kelas IV. Di hadapan Ning Ita, para pelajar ini pun mengaku senang dengan adanya uji coba pembelajaran tatap muka ini.
"Senang sekali bisa belajar di sekolah, bisa ketemu teman-teman. Lebih enak belajar di sekolah daripada di rumah," kata Iven saat menjawab pertanyaan Walikota Ning Ita, terkait pembelajaran tatap muka.
Terpisah, salah seorang wali murid kelas III, Dewi, mengaku terbantu dengan adanya pembelajaran tatap muka di sekolah. Pasalnya, selama ini ia merasa kurang maksimal dalam memberikan pengajaran jika putrinya belajar dari rumah secara daring.
"Tentunya kami sangat senang kalau ada pembelajaran lagi di sekolah. Apalagi kami orangtua merasakan kurang maksimal kalau anak-anak kami belajar dari rumah. Kan, tidak semua pelajaran dapat dimengerti oleh orang tua,” jelasnya.
Kalau di sekolah, anak-anak bisa mendapatkan pelajaran secara penuh dari guru yang berpengalaman. Dia juga tidak takut dengan Covid-19, karena ia percaya dengan aturan sekolah dalam mencegah itu.(ris/rd)