Wali Murid SMA Gloria Mengadu ke Polrestabes Surabaya

Sejumlah wali murid dan guru SMA Kristen Gloria 2 Surabaya didampingi kuasa hukumnya, mendatangi Polrestabes Surabaya, Senin (28/10).

Wali Murid SMA Gloria Mengadu ke Polrestabes Surabaya
Para wali murid SMA Kristen Gloria 2 Surabaya ketika berada di Polrestabes Surabaya.

Surabaya, HARIANBANGSA.net - Sejumlah wali murid dan guru SMA Kristen Gloria 2 Surabaya didampingi kuasa hukumnya, mendatangi Polrestabes Surabaya, Senin (28/10). Mereka melakukan audiensi terkait masalah kericuhan yang dilakukan oleh sejumlah kelompok wali murid SMA Cita Hati di Jalan Kejawan Keputih Barat, di depan sekolah tersebut, Senin (21/10) lalu.

Konsultan Hukum SMA Kristen Gloria 2 Surabaya Sudiman Sidabukke mengatakan, berdasar hasil audiensi dengan Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, pihaknya dipersilakan untuk membuat aduan atau laporan atas kasus tersebut. "Hasil audiensi, kami fokus yang menjadi objek. Kami dipersilakan untuk melapor atau mengadu hari ini untuk ditindaklanjuti," katanya saat ditemui di Mapolrestabes Surabaya, Senin (28/10).

"Ada dua persoalan pokok. Satu, persoalan tentang anak. Kedua ada persoalan kami mewakili yang dialami SMA Gloria 2 Surabaya," tambahnya.

Menurutnya, ada dua hal yang menjadi persoalan yang dinilai telah merugikan SMA Kristen Gloria 2, atas kasus kericuhan yang dilakukan oleh Ivan, wali murid SMA Cita Hati berinisial EMS, berikut kawan-kawannya. Ivan merupakan pengusaha tempat hiburan malam di Surabaya.

Menurutnya, peristiwa anak itu telah merembet ke lingkungan sekolah dan telah membuat ketidaktenangan siswa-siswi di sana ketika menuntut ilmu. Selanjutnya, peristiwa itu juga membuat para wali murid dibayangi rasa khawatir terhadap anaknya.

"Karena peristiwa anak itu merembet ke lingkungan sekolah, dan itu membuat ketakutan sekolah. Orangtua juga tidak nyaman. Anak-anak juga takut ke sekolah. Ada keresahanlah," lanjutnya.

Sebab, aksi tersebut dilakukan ketika jam pulang sekolah, dimana saat itu juga banyak murid dan wali murid yang menjemput anaknya menyaksikan perbuatan kekerasan tersebut. "Peristiwa itu kan menyebar ya (informasi dan videonya). Ada sejumlah orangtua yang telepon kepala sekolah dan menanyakan anaknya aman atau tidak," ungkapnya.

Oleh sebab itu, pihaknya beranggapan bila kejadian ini perlu disikapi dengan tegas. Sehingga, ia memilik berkoordinasi dengan polisi lebih dulu untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. "Kita sikapi supaya kejadian seperti ini tidak terulang kembali di tempat kami ataupun di sekolah lain. Kita ingin anak-anak kita itu bisa sekolah dengan baik, karena mereka adalah generasi penerus bangsa dan negara," pungkasnya.(yan/rd)