Waspada Atresia Bilier, Jangan Telat Bawa Si Kecil ke Dokter

Waspada Atresia Bilier, Jangan Telat Bawa Si Kecil ke Dokter
Kegiatan saat Gathering Atresia Bilier.

Surabaya, HB.net –Kegiatan Gathering Atresia Bilier, “Dari kita, untuk Indonesia menuju Indonesia bebas Atresia Bilier 2024”, di Lantai 9 Gedung Prodia Surabaya, Minggu (08/12/2024), menghadirkan para orang tua dan buah hati mereka sebagai pasien dengan kolestasis, atau penyakit gangguan saluran empedu pada bayi.

Hadir sebagai narasumber, Kepala Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo Surabaya Dr dr Bagus Setyoboedi SpA(K), dan dr Rendi Aji Prihaningtyas, M.Ked.Klin,SpA. Pada kesempatan ini para orang tua dan pasien dari berbagai daerah bertemu dan sharing pengalaman masing masing dengan kondisi terkini pada buah hatinya.

Dr Bagus mengatakan, Atresia Bilier, adalah gangguan pada saluran empedunya rusak. Bahkan kantong empedu bisa menghilang atau mengecil.

“Pada awalnya proses hambatan pada saluran empedu. Kalau bisa diperbaiki kerusakan hati bisa dihindarkan asal tidak terlambat, kuncinya jangan terlambat,” tegas dr Bagus.

Ia juga mewanti wanti agar waspada kuning dan tinja pucat pada bayi lebih dari dua minggu. Menurutnya, deteksi dini adalah langkah terbaik agar bisa ditangani dan dapat pengobatan terbaik.

“Penyakit ini adalah masalah dunia dan nasional, kasusnya semakin lama semakin banyak, dan harus betul-betul ditangani dengan baik karena menyangkut masa depannya,” terangnya.

Ia bersyukur sampai saat ini bisa memberikan pengobatan baik dengan atau tanpa operasi pada bayi dengan kolestasis, asal tidak terlambat. Dulu, penyakit ini dikira atresia bilier adalah penyakit turunan atau sudah ada sejak dilahirkan, tapi bukan, ini adalah penyakit yang berproses, dan bisa dilakukan pencegahan dini dan diperbaiki agar jangan sampai betul-betul terjadi kebuntuan pada saluran empedu.

Untuk penyebabnya belum diketahui, banyak yang mengaitkan dengan virus yang berproses selama kehamilan. Yang mengakibatkan kerusakan empedu dan berakhir kerusakan hati kalau tidak ditangani dengan baik. Namun ia meyakinkan penyakit ini bisa sembuh jika ditangani secara dini.

“Banyak yang sembuh, hari ini semua pasien yang sembuh dan belum sembuh kita undang, pasien yang belum sembuh ini karena agak terlambat datang,” ungkapnya.

Dokter Rendi menambahkan, dengan pertemuan atau gathering atresia bilier, pihaknya mensosialisasikan ke masyarakat tentang penyakit ini. Sekaligus meminta mereka para pelaku ini menjadi provider ke masyarakat lainnya.

Bahwa penyakit kuning ini bukan hal biasa, yang disebabkan kurang minum atau sembuh dengan dijemur. “Ada hal tertentu yang menyebabkan kuning yang tidak normal pada bayi, termasuk menjadi penyakit yang membahayakan,” ujarnya.

Deteksi dini atresia bilier penting dilakukan. Jika sudah lebih dari usia dua minggu bayi tampak kuning atau warna BAB makin pucat maka harus diwaspadai. “Atresia bilier adalah penyumbang terbesar transplantasi hati pada bayi,” tukasnya.

Salah satu panitia, Dr Firyal Nadiah Rahmah, mengatakan, mereka yang hadir ini adalah para Pejuang Bayi dengan Kolestasis. Mereka komunitas Pejuang Kolestasis, terutama Atresia Bilier yang berobat di RSU Dr. Soetomo, dan  hari ini berkumpul dengan jumlah yang banyak dan dari berbagai daerah,” jelasnya. (diy/ns)