300 Ha Lahan Padi di Jombang Kekeringan

Kekeringan melanda empat Desa di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.

300 Ha Lahan Padi di Jombang Kekeringan
Kondisi persawahan yang mengalami kekeringan di daerah Jombang. Aan Amrulloh/ HARIAN BANGSA

Jombang, HARIAN BANGSA.net - Kekeringan melanda empat Desa di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. Akibatkan sedikitnya 300 hektare (ha) lahan persawahan yang rata-rata ditanami padi terancam gagal panen.

Empat desa tersebut, yakni Desa Bugasur Kedaleman, dengan wilayah kekeringan meliputi Dusun Kedungsari, Sumbersono, Mojosono, Watesrejo, Sumbermiri, Kedaleman, Berjel, dan Bugasur. Di desa Sukopinggir terdapat tiga dusun, yakni Kepuhrejo, Sukorejo dan Dusun Sukopinggir. Untuk Desa Sukoiber ada di Dusun Klepek, dan pada Desa Kedungturi di Dusun Karang Tengah.

Akibat kekeringan ini, lahan persawahan petani terlihat retak dan berongga yang membuat mereka (petani) terpaksa menambah biaya. Hal ini lantaran harus menggunakan mesin diesel guna mengairi sawahnya. Bahkan tak jarang dari mereka ada yang sampai menggunakan ember untuk mengambil  air dari sumur bor agar tanaman padinya tidak mati.

“Kalau kita nunggu giliran dari mesin diesel air kan kadang lama. Untuk sawah ukuran bata 100 saja bisa dua hari dua malam. Ya terpaksa ngangsu (ambil air dengan ember) dari sawah terdekat yang sedang mengairi sawah,” ucap Rubiyanto (51), petani asal Desa Bugasur Kedaleman, Minggu (11/10).

Belum lagi, masih lanjut Rubiyanto, biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan mesin diesel cukup banyak. Hal itu berimbas pada penghasilan saat panen nantinya.

“Kalau menggunakan diesel itu biayanya habis banyak. Untuk sawah ukuran bata 100 saja menghabiskan sekitar Rp 300 ribu dua hari. Itu saja hanya cukup untuk kondisi tanah basah tidak tergenang. Banyak juga petani yang modalnya nipis ya tanamannya dibiarkan mati karena tidak mampu menyewa diesel,” terangnya.

Kekeringan yang melanda empat desa tersebut sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir ini. Kondisi seperti ini tak jarang membuat para petani merugi akibat biaya yang dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil panen. Bahkan banyak tanaman padi yang dibiarkan mati sebelum panen.

Petani di wilayah tersebut sampai kebingungan harus menggunakan cara apa lagi agar bisa menikmati hasil panennya. Seperti yang diucapkan Soni, salah satu petani lainnya. Mereka sudah mengadukan hal ini pada pihak yang berwenang, yakni dinas terkait.

“Kemarin kita sudah melakukan pertemuan dengan para petani yang terdampak dan dengan dinas terkait. Katanya mantri pengairan itu penyebabnya ada proyek perbaikan di aliran siman, Dam Kacangan yang berada di wilayah Kandangan, Kediri. Hal itu yang membuat aliran sungai juga mengering,” ucapnya.

Ia berharap kepada pemerintahan agar kondisi kekeringan di wilayahnya ini bisa segera terselesaikan. Sebab kalau dibiarkan seperti ini petani bisa gulung tikar. Belum lagi untuk pupuk juga sulit.

“Solusi sementara, yaitu para petani akan membuat sudetan air dari Sungai Konto. Karena sungai itu airnya selalu banyak. Mudah-mudahan ada tindakan segera dari pemerintah agar petani bisa terus bercocok tanam,” pungkasnya.(aan/rd)