Akibat Pandemi, Penjualan SBI Turun
Presiden Direktur PT SBI, Aulia Mulki Oemar mengatakan, penurunan volume juga terjadi di sektor bisnis beton. Terhitung dari 1,5 juta m3 pada 2019 lalu kini menjadi 874 ribu m3 pada 2020 atau sebesar 41,8 persen.
Tuban, Hb.net - Akibat dampak pandemi Covid-19, volume penjualan semen Solusi Bangun Indonesia (SBI) mengalami penurunan. Hal itu terbukti dari penjualan 11,9 juta ton pada 2019 lalu kini menjadi 10,5 juta ton pada 2020 atau turun sebesar 11,6 persen.
Presiden Direktur PT SBI, Aulia Mulki Oemar mengatakan, penurunan volume juga terjadi di sektor bisnis beton. Terhitung dari 1,5 juta m3 pada 2019 lalu kini menjadi 874 ribu m3 pada 2020 atau sebesar 41,8 persen. Kemudian, sektor bisnis agregat yang turun dari 2,3 juta ton menjadi 614 ribu ton pada tahun 2020 atau sebesar 73,2 persen.
"Penurunan volume ini berdampak pada penurunan pendapatan dari Rp 11,1 triliun pada tahun 2019, menjadi Rp10,1 triliun pada tahun 2020 atau sebesar 8,6 persen,"ujarnya dalam release yang diterima HARIAN BANGSA, Jumat (19/2).
Selanjutnya, untuk laba kotor naik dari Rp 2,9 triliun pada 2019, menjadi Rp 2 triliun pada 2020 atau sebesar 3,4 persen. Sedangkan, EBITDA naik dari Rp1,8 triliun pada 2019, menjadi Rp2,5 triliun pada tahun 2020 atau sebesar 39,5 persen. Kendati demikian, terdapat kenaikan dari penjualan ekspor yang melonjak. Dari 502 ribu ton pada 2019, menjadi 1,5 juta ton pada tahun 2020 atau sebesar 198,1 persen.
"Tetapi yang perlu dipahami bahwa secara global konsumsi semen domestik tercatat turun dari 70 juta ton di tahun 2019 menjadi 62,7 juta ton pada tahun 2020 atau sebesar 10,4 persen. Sedangkan, untuk pasar ekspor mengalami pertumbuhan secara kumulatif tahunan dari 6,1 juta ton pada tahun 2019 menjadi 9,3 juta ton pada tahun 2020 atau sebesar 51,8 persen,"beber Presiden Direktur SBI.
Presiden Direktur Aulia menyatakan, dengan turunnya volume penjualan perseroan telah menjalankan program efesiensi sepanjang 2020. Diharapkan, mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 12,8 persen. Sehingga, perseroan mampu meningkatkan laba sebelum bunga dan pajak penghasilan. (wan/ns)