Co-Firing PJB, Pionir Energi Hijau yang Tak Bisa Bekerja Sendiri

Direktur Utama PJB, Gong Matua Hasibuan mengatakan, tahun ini, PJB sukses menghasilkan green energy sebesar sebesar 86.54 GWh, berasal dari co-firing belasan PLTU

Co-Firing PJB, Pionir Energi Hijau yang Tak Bisa Bekerja Sendiri
Kegiatan penanaman pohon sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan.

Surabaya, HB.net  – Presidensi G20 Indonesia 2022 yang diselenggarakan di Bali, November mendatang merupakan ajang internasional yang diikuit  20 negara dan  Indonesia sebagai tuan rumah punya tanggung jawab besar. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo beberapa waktu lalu menyorot isu pengembangan keuangan berkelanjutan, sebagai salah satu dari 6 agenda prioritas di jalur keuangan Presidensi G20 Indonesia 2022, salah satunya untuk mendukung ekonomi hijau dan berkelanjutan.

Ekonomi hijau dimulai dengan investasi hijau. Investasi yang memakai terminologi green (hijau) merupakan bentuk dari pendekatan SRI (Socially Responsible Investing), berfokus pada perusahaan yang memang mendukung atau menyediakan produk (barang dan jasa) ramah lingkungan.

 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilik target yang tak main-main dalam target bauran engeri baru terbarukan (EBT) sebsar 23 persen hingga 2025 mendatang. Target yang tidak ringan untuk dicapai karena hingga 2022 ini baru terealisasi mencapai 12,8 persen.

Untuk mencapai target besar tersebut, PT PLN sangat diandalkan pemerintah agar bisa mencapainya. PT PLN melalui PT Pembangkit Jawa-Bali (salah satu anak perusahaan PLN) turut serta membawa salah satu programnya untuk dipamerkan di KTT G20 mendatang.  PT PJB (PT Pembangkit Jawa-Bali) saat ini gencar melakukan program co-firing yang diinisiasi pada 2018 dan terealisasi sejak 2020 yang bisa menghasilkan energi hijau.

Direktur Utama PJB, Gong Matua Hasibuan mengatakan, tahun ini, PJB sukses menghasilkan green energy sebesar sebesar 86.54 GWh, berasal dari co-firing belasan PLTU. Target tahun ini 35 PLTU dan berlanjut hingga 2025 sebanyak 52 titik, sehingga dapat menekan emisi karbon sebesar 11 juta ton CO2 dan gas rumah kaca setiap tahunnya.

Beberapa PLTU yang menerapkan Co-firing diantaranya, Paiton1-2 (37,311.62 MWh), Pacitan (18,180.62 MWh), Rembang (9,251.80 MWh), Paiton 9 (12,506.52 MWh), Tanjung Awar-Awar (1,480.78 MWh), Indramayu (5,353.48 MWh), Ketapang (118.33 MWh), Anggrek (2,287.34 MWh), dan Bolok (10.99 MWh) serta Ropa (35.08 MWh), pada Oktober 2021.

Pada 2022, target pemanfaatan biomassa yaitu sebanyak 450 ribu ton, yang akan menghasilkan produksi energi hijau sebesar 334 GWh dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 340 ribu Ton CO2. Realisasi co-firinh hingga April 2022 sebanyak 175 ribu ton biomassa, menghasilkan produksi green energy sebesar 185 GWh dengan pengurangan emisi CO2 sebesar 184 ribu ton CO2.

Untuk bisa terus menyuplai biomassa sebagai keperluan dasar, PLN butuh dukungan semua pihak, Perhutani, PTPN, Pemda, masyarakat dan pihak terkait lainnya. Pemenuhan bioamassa tidak bisa diatasi PLN sendiri karena menyangkut lahan, bahan, perizinan hingga tenaga kerja yang tidak sedikit. 

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mayakinkan, PLN Group telah menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani untuk pemenuhan kebutuhan biomassa co-firing. Perhutani akan memasok 14.300 ton serbuk kayu pertahun untuk PLTU Rembang yang dikelola PJB.

Bubuk kayu yang akan diolah menjadi biomasa dalam proses co-firing.

“Sinergi dua BUMN ini merupakan kerjasama ini sebagai proyek yang akan dipamerkan dalam perhelatan KTT G20 November mendatang. Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, pihaknya telah mendapatkan kepastian pasokan dari sinergi BUMN, pemerintah daerah, swasta hingga masyarakat,”ujarnya.

Dukungan kebutuhan biomassa ada dari 14 institusi maupun perusahaan di wilayah yang terdapat operasi pembangkitan.  PJB bekerjasama dengan beberapa pihak seperti  Perum Perhutani, Sang Hyang Seri (BUMN), PTPN, Pemkab Sidoarjo, Pemkab Tuban, Pemkab Indramayu, UI, ITB, UGM, UNDIP, UB dan lainnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga di wilayahnya untuk dijadikan pelet sebagai bahan baku sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat.

PJB juga menanam 2,3 juta pohon, secara bertahap,  jenis kaliandra kaliandra, gamal dan buah di area Dam Right Bank Waduk PLTA Cirata. Program itu  untuk mencapai target bauran energi nasional untuk EBT sebesar 23 persen pada 2025. Selain itu juga dukungan dalam bentuk penyediaan sumber kayu sebagai bahan bakar biomassa untuk program co firing.

PLN sendiri baru bisa manargetkan EBT sebsar 23 persen dan dan net zero emission pada 2060 tahun 2060 mendatang.

 “Komitmen kami, PJB ingin menjadi pioner dalam profram co-firing dan pencapaian EBT, namun kami tidak bisa sendiri untuk merealisasikannya,” pungkasnya. (diyah khoirunnisa)