Ditegah PPKM Darurat, Pasar Lesu Harga Kambing Naik
Sementara untuk pemasaran, pihaknya harus memanfaatkan media sosial. Baik Facebook, WhatsApp, Instagram dan beberapa platform media lain. Karena pembelinya ada yang berasal dari Jember dan Situbondo. Hal itu juga diakuinya sangat efektif.
Sepekan menjelang Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah, biasanya menjadi puncak penjualan hewan qurban. Namun karena pandemi dan PPKM Darurat, peternak kambing di Bondowoso justru mengeluhkan pasar lesu.
Hal ini diakui oleh pemilik usaha ternak SeTandhuk Duwek (STD) farm, Dedi Faizal Ali. Menurutnya, tahun lalu sepekan sebelum Idul Adha penjualan bisa mencapai 10-15 ekor dalam sehari. "Tapi kalau sekarang maksimal 5 ekor setiap hari. Pasar hewan juga tidak buka," ungkapnya, Selasa (13/7).
Sementara untuk harga cenderung naik dibandingkan hari-hari biasa, dengan selisih Rp 200 ribu. "Hanya daya belinya saja yang menurun. Lebih ramai tahun kemarin malah," jelasnya.
Sementara untuk pemasaran, pihaknya harus memanfaatkan media sosial. Baik Facebook, WhatsApp, Instagram dan beberapa platform media lain. Karena pembelinya ada yang berasal dari Jember dan Situbondo. Hal itu juga diakuinya sangat efektif.
"Bahkan cek ternaknya ada yang menggunakan video call. Jadi pembeli memilih dulu, baru dijemput. Semoga setelah PPKM Darurat ini bisa kami antar," akunya. Pihaknya berharap, ditengah pandemi Covid-19 dan PPKM Darurat ini, pemerintah bisa memberikan solusi terkait pemasaran ternak ini.
Menurutnya, populasi di kandang miliknya yang ada di Suger Lor Kecamatan Maesan justru melebihi permintaan. "Kami sebagai peternak cukup menjerit lah, karena biaya pakan kan cukup mahal. Biaya penggemukan juga mahal. Ya mau gimana lagi," tandasnya.
Namun, hasil penjualan kambing menutupi biaya operasi seperti pakan, obat dan sebagainya meski hasilnya tak terlalu banyak. "Per ekor masih ada hasil, meski sedikit lah. H-2 lebaran biasanya kami sudah mengantarkan. Untuk tahun ini dijemput, tapi ada juga yang minta diantarkan," paparnya.
"Saya pastikan ternak saya yang dijual untuk korban dipastikan sehat. Kalau kurang sehat juga tidak akan saya jual. Soalnya ini terkait dengan reputasi juga," tutur pria yang juga pembina Komunitas SaTaretan Dhibik ini.
Pihaknya mengaku sudah mendapatkan edukasi dari dinas terkait cara merawat ternak yang baik. "Saya kira petenak di Bondowoso sudah pintar. Cuma marketnya saja kurang difasilitasi dengan baik," tandasnya.
Menurutnya, untuk harga kambing di Bondowoso jelang Idul Adha cukup variatif. Terendah harga Rp 1,6 juta dan paling tinggi bisa mencapai 3,5 juta. "Tergantung gemuk atau berat kambingnya," pungkasnya. (gik/diy)