Festival Susur Sungai, Cara Warga Banyuwangi Jaga Ekosistem Sungai

Kali ini, Susur Sungai digelar di Teluk Pangpang, yang masuk wilayah Dusun Krajan, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, kemarin Rabu (16/6). Teluk ini merupakan muara pertemuan Sungai Setail dan Sungai Kedunggebang. Festival ini diikuti puluhan warga desa Wringinpitu.

Festival Susur Sungai, Cara Warga Banyuwangi Jaga Ekosistem Sungai
Kegiatan susur sungai menebar benih ikan di Teluk Pangpang
Festival Susur Sungai, Cara Warga Banyuwangi Jaga Ekosistem Sungai

Pemkab Banyuwangi melakukan berbagai upaya untuk menjaga ekosistem sungainya. Salah satunya pemkab menggelar Festival Susur Sungai yang digelar rutin tiap bulan secara bergantian disejumlah aliran sungai.

Kali ini, Susur Sungai digelar di Teluk Pangpang, yang masuk wilayah Dusun Krajan, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, kemarin Rabu (16/6). Teluk ini merupakan muara pertemuan Sungai Setail dan Sungai Kedunggebang. Festival ini diikuti puluhan warga desa Wringinpitu.

Mereka berperahu menempuh jarak sejauh 2 kilometer melewati hutan mangrove yang ada di sana. Sembari menyusuri sungai dilakukan penebaran ikan, setelah sebelumnya juga dilakukan bersih-bersih sungai dari sampah.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Guntur Priambodo mengaku sangat mengapresiasi upaya warga yang punya kesadaran tinggi untuk menjaga potensi yang dimilikinya, sehingga tetap lestari.  "Saya bangga dengan upaya warga yang dengan guyub menjaga alamnya. Ini adalah aset yang harus bisa dinikmati anak cucu kita nanti," jelas Guntur.

Kegiatan konservasi mangrove sudah dilakukan masyarakat setempat sejak 1999 secara swadaya. Dinas Perikanan lalu mulai intervensi pada 2000. Pada kurun waktu 2000-2004 telah ditanam 850 ribu mangrove berbagai jenis di lahan seluas 170 hektar. Kemudian pada 2004-2014,  penanaman mangrove dilanjutkan dengan melibatkan berbagai lembaga seperti JICA, Universitas Brawijaya, Perhutani dan kelompok-kelompok masyarakat.

Untuk menjaga ekosistem sungai ini perlu dilakukan sebagai upaya menjaga kuakitas air di bumi. Jika aktivitas manusia yang berada di sekitar aliran sungai tidak diimbangi dengan kesadaran melestarikan sungai, maka kualitas air akan buruk. "Saya berharap, aliran air disini tetap terjaga. Sebab daerah ini potensial sebagai objek wisata sungai, di samping potensi lainnya seperti wisata mangrove dan wisata memancing," kata Guntur.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perikanan Arief Setiawan, kegiatan susur sungai ini juga dimaksudkan sebagai kegiatan konservasi sungai. "Bicara konservasi tidak hanya menanam tanaman, tapi juga berurusan dengan aliran sungai dan pantai. Kita memberikan edukasi bagi rakyat bahwa  sungai memiliki potensi, ekosistem, ada biota di dalamnya yang harus kita lindungi," terangnya.

"Kita ajak kembali masyarakat khususnya anak-anak muda supaya tetap dan terus peduli lingkungan. Kali ini kita juga perkenalkan alat tangkap yang ramah digunakan seperti bubu, pancing dan jala. Jangan gunakan lagi alat tangkap seperti strum dan potas," ujar Arief.

Di festival ini, juga ditampilkan beraneka produk home made potensi setempat yang dikelola kelompok pengelola dan  pemasar (poklasar) Desa Wringinputih. Seperti kripik mangrove, teh dan sirup mangrove. Juga ada produk olahan hasil perikanan air tawar seperti ebi kering, terasi rebon, abon ikan tuna, bakso kerang goreng, krupuk cumi, olahan siput, dan kepiting. (guh/diy)