Gus Barra, Cucu Pendiri NU Terima Penghargaan dari Jurnalis Nahdliyin
Wakil Bupati Mojokerto lulusan Al Azhar, Kairo, Mesir ini mengungkapkan adanya penghargaan ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk semakin mengembangkan diri.
Surabaya, HB.net - Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) menggelar silaturahmi dengan keluarga besar Ponpes Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Sabtu (20/11) malam. Dalam acara tersebut hadir secara langsung pendiri ponpes, KH. Asep Saifuddin Chalim beserta putranya, Muhammad Al-Barra dan anggota DPRD Jatim, Suwandy Firdaus.
Selain silaturahmi, FJN juga sekaligus menyerahkan penghargaan kepada Gus Barra. Cucu KH. Abdul Chalim yang merupakan salah satu pendiri NU itu dinobatkan sebagai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Jatim 2021.
"Terus terang kaget saat membaca berita, saya mendapat penghargaan ini. Di dalam berita itu ditulis untuk menjaga obyektifitas, tak ada komunikasi antara FJN dengan penerima penghargaan. Dan memang itu yang terjadi, saya baru sekarang bertemu dengan teman-teman Jurnalis Nahdliyin," ujar Gus Barra.
Wakil Bupati Mojokerto lulusan Al Azhar, Kairo, Mesir ini mengungkapkan adanya penghargaan ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk semakin mengembangkan diri. Termasuk membuat semakin termotivasi berkhidmat di Nahdlatul Ulama
"Tentu penghargaan ini menjadi motivasi bagi saya untuk ke depan. Termasuk tentunya berkhidmat untuk NU, pastinya. Karena bagaimana pun, saya adalah cucu Kiai Abdul Chalim, pendiri NU," pria yang baru berulangtahun ke-35 tersebut.
Gus Barra kemudian sekilas bercerita bahwa saat ini tengah menempuh pendidikan S3. Dalam disertasinya dia mengangkat sosok kakeknya, KH Abdul Chalim yang masih jarang diketahui sebagai salah satu pendiri NU.
"Sebenarnya dalam sejarah pun Mbah saya jarang ditulis. Tapi saya dalam disertasi saya menulis sejarah tentang NU yang ditulis oleh Mbah saya," terang Ketua Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia (IAAI) Jawa Timur.
Gus Barra menjelaskan, sang kakek ketika itu berjuang bersama KH Wahab Chasbullah dalam mendirikan NU. Dan meninggalkan sebuah buku catatan yang ditulis dalam aksara Arab Pegon.
"Dan sekarang saya jadikan bahan disertasi doktoral. Sekarang sudah pada tahap penyelesaian, pemeriksaan tinggal sidang tertutup," imbuh pria kelahiran Surabaya ini.
Senada Kiai Asep juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang sudah diberikan. Ia juga tidak menyangka dinilai sebagai satu dari dua belas Tokoh Jawa Timur Berpengaruh oleh Forkom Jurnalis Nahdliyin.
Kiai Asep menyampaikan bahwa kini tengah fokus mengembangkan Institut Pesantren KH Abdul Chalim. Di mana di dalamnya ada studi untuk tingkatan bidang S1, S2, dan bahkan S3.
"Untuk bidang S3 doktoral kita bahkan sudah memiliki dua jurusan," terangnya.
Mantan Ketua PCNU Surabaya ini berharap ke depan bisa terus lahir intelektual-intelektual dari NU. Yang kemudian secara formal memiliki gelar S3 atau doktoral.
"Saya ingin Indonesia jadi kiblat keilmuan. Di Indonesia harus ada perguruan tinggi yang dikenal di dunia. Seperti di Yaman, Mesir, Tunisia," tegas dia.
Kiai Asep optimis Indonesia bisa menjadi kiblat keilmuan Agama Islam seperti beberapa negara tersebut. Apalagi Indonesia bisa disebut lebih kaya dan maju dibanding tiga negara asal timur tengah itu.
"Prancis di kenal Sorbone, Amerika dengan Havard, Inggris dengan Cambridge. Semoga KH Abdul Chalim bisa jadi dikenal dunia. Yang juga notabenya sebagai salah satu pendiri NU dan penghargaan njenengan bisa jadi motivasi," pungkas Guru Besar UIN Sunan Ampel, Surabaya ini. (mdr/ns)
Gus Barra, Cucu Pendiri NU Terima Penghargaan dari Jurnalis Nahdliyin
Surabaya, HB.net - Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) menggelar silaturahmi dengan keluarga besar Ponpes Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Sabtu (20/11) malam. Dalam acara tersebut hadir secara langsung pendiri ponpes, KH. Asep Saifuddin Chalim beserta putranya, Muhammad Al-Barra dan anggota DPRD Jatim, Suwandy Firdaus.
Selain silaturahmi, FJN juga sekaligus menyerahkan penghargaan kepada Gus Barra. Cucu KH. Abdul Chalim yang merupakan salah satu pendiri NU itu dinobatkan sebagai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Jatim 2021.
"Terus terang kaget saat membaca berita, saya mendapat penghargaan ini. Di dalam berita itu ditulis untuk menjaga obyektifitas, tak ada komunikasi antara FJN dengan penerima penghargaan. Dan memang itu yang terjadi, saya baru sekarang bertemu dengan teman-teman Jurnalis Nahdliyin," ujar Gus Barra.
Wakil Bupati Mojokerto lulusan Al Azhar, Kairo, Mesir ini mengungkapkan adanya penghargaan ini menjadi motivasi bagi dirinya untuk semakin mengembangkan diri. Termasuk membuat semakin termotivasi berkhidmat di Nahdlatul Ulama
"Tentu penghargaan ini menjadi motivasi bagi saya untuk ke depan. Termasuk tentunya berkhidmat untuk NU, pastinya. Karena bagaimana pun, saya adalah cucu Kiai Abdul Chalim, pendiri NU," pria yang baru berulangtahun ke-35 tersebut.
Gus Barra kemudian sekilas bercerita bahwa saat ini tengah menempuh pendidikan S3. Dalam disertasinya dia mengangkat sosok kakeknya, KH Abdul Chalim yang masih jarang diketahui sebagai salah satu pendiri NU.
"Sebenarnya dalam sejarah pun Mbah saya jarang ditulis. Tapi saya dalam disertasi saya menulis sejarah tentang NU yang ditulis oleh Mbah saya," terang Ketua Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia (IAAI) Jawa Timur.
Gus Barra menjelaskan, sang kakek ketika itu berjuang bersama KH Wahab Chasbullah dalam mendirikan NU. Dan meninggalkan sebuah buku catatan yang ditulis dalam aksara Arab Pegon.
"Dan sekarang saya jadikan bahan disertasi doktoral. Sekarang sudah pada tahap penyelesaian, pemeriksaan tinggal sidang tertutup," imbuh pria kelahiran Surabaya ini.
Senada Kiai Asep juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang sudah diberikan. Ia juga tidak menyangka dinilai sebagai satu dari dua belas Tokoh Jawa Timur Berpengaruh oleh Forkom Jurnalis Nahdliyin.
Kiai Asep menyampaikan bahwa kini tengah fokus mengembangkan Institut Pesantren KH Abdul Chalim. Di mana di dalamnya ada studi untuk tingkatan bidang S1, S2, dan bahkan S3.
"Untuk bidang S3 doktoral kita bahkan sudah memiliki dua jurusan," terangnya.
Mantan Ketua PCNU Surabaya ini berharap ke depan bisa terus lahir intelektual-intelektual dari NU. Yang kemudian secara formal memiliki gelar S3 atau doktoral.
"Saya ingin Indonesia jadi kiblat keilmuan. Di Indonesia harus ada perguruan tinggi yang dikenal di dunia. Seperti di Yaman, Mesir, Tunisia," tegas dia.
Kiai Asep optimis Indonesia bisa menjadi kiblat keilmuan Agama Islam seperti beberapa negara tersebut. Apalagi Indonesia bisa disebut lebih kaya dan maju dibanding tiga negara asal timur tengah itu.
"Prancis di kenal Sorbone, Amerika dengan Havard, Inggris dengan Cambridge. Semoga KH Abdul Chalim bisa jadi dikenal dunia. Yang juga notabenya sebagai salah satu pendiri NU dan penghargaan njenengan bisa jadi motivasi," pungkas Guru Besar UIN Sunan Ampel, Surabaya ini. (mdr/ns)