ITS Luncurkan Purwarupa PLTS Apung Pertama di Indonesia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan purwarupa struktur apung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) laut pertama di Indonesia
Surabaya, HARIANBANGSA.net - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan purwarupa struktur apung pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) laut pertama di Indonesia sebagai komitmen dalam merealisasikan transisi energi.
Rektor ITS Mochamad Ashari, Selasa (19/3), mengatakan, pengembangan PLTS apung di Indonesia yang ada saat ini masih terbatas pada skala danau atau waduk. Luas daerah yang terbatas tersebut membuat area jangkauan pemanfaatan PLTS menjadi kurang optimum.
"Karena itu, untuk memaksimalkan potensi serta dampak dari PLTS apung ini, luas aplikasinya kita perluas menjadi di laut,” tutur rektor yang kerap disapa Ashari ini.
Menurut Ashari, meski dampaknya dapat diperluas, pengembangan PLTS apung laut memiliki hambatan yang cukup berat dalam realisasinya.
Salah satu permasalahan utama yang mengganggu upaya ini adalah besarnya gelombang laut yang dapat menimbulkan kerusakan pada panel surya. Untuk itu, menurut Guru Besar Teknik Elektro ini, Solar2Wave hadir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut.
Ketua tim peneliti Solar2Wave Indonesia I Ketut Aria Pria Utama menerangkan Solar2Wave ini merupakan proyek pengembangan kawasan panel surya apung yang dilengkapi dengan sistem terpadu untuk mengatasi masalah gelombang.
Kawasan panel surya pada Solar2Wave dilengkapi dengan floater dan dikelilingi oleh break water yang mampu meminimalisasi adanya hantaman keras gelombang pada panel surya apung.
Lebih lanjut, papar profesor yang akrab disapa Ikap ini, purwarupa yang dikembangkan tersebut terdiri dari enam buah panel surya berjenis monocrystalline dan polycrystalline dengan kapasitas total 600 Watt.
Solar2Wave juga dilengkapi sistem penyimpanan energi dalam wujud baterai berkapasitas 12 Volt dengan tegangan 65 AH. "Kubus apung yang digunakan juga telah tersertifikasi dan tahan terhadap sinar ultraviolet, anti korosi dari air laut, bahan kimia, serta minyak," ujarnya.
Setelah berhasil mengembangkan purwarupa di wilayah galangan kapal Orela di Gresik, pilot project riset Solar2Wave ini selanjutnya akan dikembangkan di wilayah Gili Ketapang, Probolinggo.
Menurut Ikap, pemilihan daerah ini didasarkan pada berbagai faktor. Melingkupi, jumlah penduduk yang membutuhkan bantuan listrik, kondisi sosial penduduk, hingga aksesibilitas menuju wilayah pemasangan Solar2Wave ini sendiri.
Lebih lanjut, Ikap menyampaikan bahwa pembangunan pilot project ini akan berkapasitas sebesar 25 kiloWatt. Daya listrik yang cukup tinggi ini diharapkan mampu untuk mereduksi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar diesel.
"Penggunaan Solar2Wave ini diproyeksikan mampu untuk menunjang kebutuhan listrik harian rakyat serta pabrik es batu yang menjadi salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan di wilayah Gili Ketapang," ujarnya.
Di lain sisi, terkait tantangan, Ikap mengungkapkan bahwa riset tahap awal yang dimulai sejak Maret 2023 hingga Februari 2024 lalu ini menemui beberapa kendala dalam pengembangannya.(rd)