Jelang Ramadan, Satgas Pangan Sidak Gula
Mojokerto, HARIAN BANGSA - Dalam menyambut Bulan Ramadan, Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Mojokerto melakukan langkah proaktif. Di antaranya dengan menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar di Kabupaten Mojokerto.
Hal Ini dilakukan dengan adanya harga gula di pasaran mencàpai tembus Rp 18-20 ribu per kilogram. Angka ini melebihi Harga Eceran tertinggi (HET) gula Rp 12.500 per kilogram.
Bersama satuan kerja terkait, Tim Satgas Pangan terdiri dari kepolisian, Satuan Polisi Pamong (Satpol PP), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Pertanian (Dispari) mengecek harga gula di masing-masing pasar yang ada di wilayah ini. Tim Satgas juga ke Pabrik Gula Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.
Kabid Usaha Perdagangan Disperindag Kabupaten Mojokerto Trio Froni mengatakan, pihaknya bersama Tim Satgas Pangan telah melakukan sidak sembako, khususnya gula di masing masing pasar secara berkala. Sidak yang dimulai tanggal 10 April 2020, bertujuan untuk memantau langsung harga gula di pasaran. Satgas berusaha untuk mencari jalan keluar dalam rangka menstabilkan harga gula.
"Kami akan memantau langsung di lapangan secara rutin maupun berkala mengenai harga gula. Tujuan kami adalah berusaha agar harga gula kembali normal. Apalagi, sebentar lagi memasuki bulan suci Ramadan," kata Froni, sapaan akrabnya, Minggu (12/4).
Froni juga menambahkan, dengan tingginya harga gula di pasaran, pemerintah tidak bisa intervensi secara langsung karena sudah menjadi mekanisme pasar. Pemerintah hanya bisa menghimbau dan melakukan operasi pasar dalam upaya menstabilkan harga. Namun, dengan kondisi saat ini operasi pasar (OP) dianggap tidak maksimal lantaran akan mengundang kerumunan massa.
“Kami terus berusaha maksimal untuk stabilkan harga gula. Sebenarnya OP bisa untuk menstabilkan harga. Tapi metode pasar murah itu tidak mungkin dilaksanakan, karena ada aturan terkait Covid-19 itu, jadi tidak bisa,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Mojokerto Pungkasiadi menambahkan, meski harga gula di pasaran tinggi namun pihaknya menilai OP belum dilakukan karena dianggap belum parah.
“Intervensi pusat, pemda tidak bisa apa-apa. Jika ada OP hanya satu produk saja dan tidak bisa membuat harga murah. Ngomong gula memang kebutuhan nasional dan mencari tidak mudah. Saat ini barang ada tapi tidak banyak,” tegasnya, (ris/rd)