Kasus Helikopter Firli Bahuri Sebetulnya Lumrah
Tindakan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri yang pilih menggunakan moda angkutan udara untuk ziarah ke makam orangtuanya di kampung halaman, sebetulnya merupakan hal yang lumrah.
Gresik, HARIAN BANGSA.net - Tindakan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri yang pilih menggunakan moda angkutan udara untuk ziarah ke makam orangtuanya di kampung halaman, sebetulnya merupakan hal yang lumrah.
Akademisi Jawa Timur bahkan menyebut biaya besar yang dikeluarkan dari kocek pribadi itu merupakan wujud bakti seorang Firli kepada orangtuanya.
Menurut Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ihyaul Ulum Gresik, Moh. Fail, pihaknya memang sudah mendengar kabar tentang Firli yang pulang kampung menggunakan helikopter untuk efesiensi waktu. "Biaya besar yang dikeluarkan secara pribadi itu merupakan harga bakti kepada orangtua," ujarnya, Rabu (26/8).
Firli pilih menyewa moda angkutan udara untuk mempersingkat waktu perjalanannya. Menurutnya, pejabat negara yang harus memanfaatkan waktu sesingkat mungkin karena hanya cuti sehari itu, kata dia, sudah paham betul. Apa yang dilakukannya itu, lanjut priaini, bukan perjalanan yang harus ditanggung negara.
Sebelumnya, Indonesia Police Watch (IPW) juga mengingatkan Dewan Pengawas (Dewas) KPK untuk mewaspadai kelompok Taliban and The Gang dalam kasus helikopter Firli tersebut.
Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, pihaknya melihat kelompok ini selalu berusaha memolitisasi kasus tersebut dalam rangka menjadikan KPK sebagai alat politik dan mengkriminalisasi lawan-lawan politiknya.
Menurutnya, sosok Firli sebagai Ketua KPK membuat kelompok ini merasa gerah karena pengaruh dan kepentingannya terganggu. Karena itulah, semua yang dilakukan Firli selalu dianggap salah dan mereka merasa benar sendiri.
Pihaknya menyebut, target kelompok Taliban and The Geng adalah berusaha menyingkirkan Firli dari KPK secepat mungkin agar kekuasaan mereka di lembaga anti rasuah itu kembali pulih. IPW berharap Dewas KPK bersikap Promoter (Profesional, Modern, dan Terpercaya) dalam menangani kasus helikopter Firli tersebut.
Pihaknya berharap, dalam menangani kasus ini, Dewan Pengawas tidak perlu mendengarkan suara suara kelompok Taliban and The Geng. Terutama mantan pimpinan KPK yang "sudah digotong ke luar lapangan". Karena, menurutnya, saat mereka menjabat juga banyak masalah.
IPW juga meminta Dewas KPK memanggil perusahaan penyewa helikopter untuk didengar penjelasannya. Karena informasinya, helikopter yang digunakan itu merupakan angkot terbang alias air taxi, trayek Palembang-Bengkulu.
"Siapa pun bisa menyewanya. Misalnya dari Palembang ke Kayu Agung. Lalu penyewa lain minta diantar ke Batu Raja, dan penumpang lain minta diantar ke Bengkulu," ujarnya.
Pihaknya juga berharap agar Dewas mengabaikan opini yang dibangun kelompok tertentu, bahwa naik helikopter adalah sebuah kemewahan. Karena yang dilakukan Firli ini hanya sebatas faktor efisiensi waktu dan keamanan semata.
Pihaknya meyakini, Dewas KPK tidak akan mempermasalahkan Firli yang menggunakan helikopter untuk pulang kampung dan berziarah ke makam orang tuanya. Selain biayanya dia tanggung sendiri, Firli tidak setiap bulan pulang kampung dengan menggunakan helikopter.(rd)