Manusia Masih Jadi Penyebab Utama Karhutla di Jatim

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Jawa Timur selama tahun 2019 cukup besar. Karhutla sendiri merupakan salah satu bencana yang perlu mendapat perhatian serius.

Manusia Masih Jadi Penyebab Utama Karhutla di Jatim
Rakor pencegahan karhutla Provinsi Jawa Timur.

Sidoarjo, HARIAN BANGSA.net - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Jawa Timur selama tahun 2019 cukup besar. Karhutla sendiri merupakan salah satu bencana yang perlu mendapat perhatian serius.

Di Jawa Timur, selama 2019  mencapai 459 kejadian bencana. Namun jumlah ini masih cukup kecil dibandingkan angka nasional.  Dari 459 kejadian tersebut, ternyata hanya 4,8 persen dari kejadian nasional yang mencapai 9.390 kejadian bencana.

Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Jawa Timur Tahun 2020.  Acara ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan karhutla dan diadakan di Hotel Aston Sidoarjo, Jumat (14/8).

"Bencana alam maupun nonalam tak bisa dipandang sebelah mata. Bencana nonalam Covid-19 ini saja sudah membuat dunia terguncang," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur Suban Wahyudiono.

Untuk tahun 2020 saja sudah mencapai 173 kejadian bencana. Bencana yang paling besar adalah puting beliung yang banyak terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur. Kemudian banjir dan karhutla.

Suban mengungkapkan betapa sulitnya untuk memadamkan karhutla. Terutama saat kejadian di ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). "Untuk naik ke ketinggian 1.500 meter saja bisa butuh 6 jam ke lokasi kejadian," jelasnya.

Sementara, Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekosistem Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Toat Tridjono, mengungkapkan, faktor manusia menjadi penyebab utama karhutla.

"Banyak penyebabnya. Di antaranya pembukaan lahan, pencurian kayu, pencari lebah, pendakian gunung dan sebagainya," jelasnya.

Salah satu kawasan yang kerap terjadi karhutla adalah Taman Hutan Rakyat (Tahura) Suryo.  Menurutnya, karhutla di kawasan ini menjadi perhatian beberapa stakeholder. Pasalnya, Tahura Suryo adalah sumber mata air bagi 18 kabupaten di Jawa Timur.

"Oleh karena itu, karhutla menjadi fokus perhatian rakor ini karena tak lama lagi akan mendekati puncak musim kemarau. Perlu antisipasi dan koordinasi dengan para stakeholder lainnya," jelasnya.(rd)