Oknum Polisi Ugal-ugalan, Lepas Tembakan, Warga Trauma
Warga Dusun Tambak Bulak, Desa Tambak Rejo, Waru, Sidoarjo, masih trauma. Hal ini dampak kejadian aksi ugal-ugalan dan arogansi oknum polisi yang terjadi pada Senin (16/5), sekitar 21.00 WIB.
Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Warga Dusun Tambak Bulak, Desa Tambak Rejo, Waru, Sidoarjo, masih trauma. Hal ini dampak kejadian aksi ugal-ugalan dan arogansi oknum polisi yang terjadi pada Senin (16/5), sekitar 21.00 WIB.
Oknum polisi yang ugal-ugalan dan bersikap arogan itu diketahui berinisial Bripka AG. Sekarang ia berdinas di Unit Reskrim di salah satu polsek jajaran Polrestabes Surabaya.
Dari keterangan di lapangan, ada tiga orang yang menjadi korban arogansi dan membuat mereka trauma. Ketiga orang itu berinisial WN (60), YK (65), dan menantu YK.
Dari tiga rekaman video yang beredar di medsos tersebut, salah satu korban penodongan berinisial WN (60). Dia berusaha menjelaskan awal mula kejadian. Saat itu, melintas sebuah mobil dengan nopol W 211 LND, di Jalan Tambak Bulak dengan kecepatan tinggi.
“Saya bilang, wuiikk cek buantere rek. Tiba-tiba mobil mengerem dan orangnya turun. Saya langsung ditodong pistol sambil ngamuk-ngamuk," ungkapnya, Selasa (17/5).
Saat diumpat dan dimarahi, kakek WN pun diam saja. Kemudian oknum polisi itu kembali ke mobilnya lagi. Saat mau berangkat, mobil oknum polisi itu terhalang oleh mobil warga yang hendak dimasukkan ke garasi. Lantaran tak terima mobilnya terhalang, oknum polisi itu ngamuk lagi dan melepaskan tembakan ke udara dua kali.
"Semua warga sini sangat menyayangkan tindakan oknum polisi arogan yang sampai menodong dan menembak peluru ke udara itu," ungkapnya.
Sementara itu, Humas Polresta Sidoarjo Iptu Tri Novi Handono membenarkan ada kejadian tersebut. Dia memastikan oknum polisi yang nembak dua kali serta menodongkan pistol ke warga bukan anggota Polresta Sidoarjo.
“Info dari kapolsek Waru, bahwa kejadian tersebut terjadi di wilayahnya. Dugaan anggota Polri mengantar istrinya mau melahirkan lewat di salah satu jalan kampung. Ngebut ditegur sama salah satu warga. Tidak terima mengumpat dengan kata-kata kasar. Kemudian tersinggung warga kampung sama-sama emosi,” ujar Tri Novi Handono.(cat/rd)