Pandemi Covid-19 belum Selesai, DPRD Surabaya Minta Sekolah Terapkan Kurikulum Prototipe

Adapun opsinya adalah kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang disederhanakan), serta kurikulum prototipe itu sendiri.

Pandemi Covid-19 belum Selesai, DPRD Surabaya Minta Sekolah Terapkan Kurikulum Prototipe
 Tjutjuk Supariono

Surabaya, HB.net - Memasuki  2022, satuan pendidikan nasional memiliki opsi kurikulum baru, yaitu kurikulum prototipe. Hal ini kemudian menjadikan dunia pendidikan memiliki tiga opsi kurikulum yang dapat dipakai sebagai pemulihan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 mulai  2022-2024.

Adapun opsinya adalah kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang disederhanakan), serta kurikulum prototipe itu sendiri.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Tjutjuk Supariono mendorong setiap sekolah di Surabaya, mulai dari tingkat pendidikan PAUD sampai dengan SMP, untuk menerapkan kurikulum prototipe dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 ini.

“Sebenarnya saya miris jika melihat fakta di lapangan, masih banyak anak-anak kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana. Bahkan konsep matematika yang dasar juga tidak bisa, " ujar Tjutjuk.

Selama masa pandemi ini, lanjut dia,  riset juga menunjukkan bahwa pandemi menimbulkan kehilangan pembelajaran (learning loss) literasi dan numerasi yang signifikan. Untuk literasi sendiri, learning loss setara dengan enam bulan belajar. Sementara untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan lima bulan belajar.

Dia mengatakan, kurikulum prototipe ini dirancang untuk melanjutkan arah pengembangan dari kurikulum sebelumnya.

Lebih jauh, dia menjelaskan,  pada kurikulum prototipe ini, adalah pembelajaran dengan berbasis proyek sebagai pengembangan soft skills dan karakter akan lebih ditekankan dan persentasenya akan diperbesar jika dibandingkan dengan kurikulum 2013. Selain itu, materi esensial lebih difokuskan, sehingga akan ada waktu lebih untuk pendalaman kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi yang saat ini sudah cukup tertinggal. Bagi tenaga pendidik, pembelajaran akan lebih fleksibel dengan penyesuaian pada kemampuan murid serta muatan lokalnya.

Bertepatan pula dengan revisi Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dicanangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, di dalamnya turut mewajibkan mata pelajaran Pancasila untuk tingkat pendidikan SD sampai perguruan tinggi.

 Pembelajaran tatap muka di masa pandemi Covid-19 di salah satu sekolah (ilustrasi)

“Kurikulum prototipe memang dirancang sesuai dengan konteks dan kebutuhan murid, dimana nantinya murid akan diberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman yang disesuaikan dengan minat bakat siswa, serta pengembangan karakter dengan berbasis Pancasila. Materinya pun juga akan disederhanakan jumlah volumenya, sehingga anak-anak kita bisa lebih mendalami pelajaran, dan diberi ruang yang lebih fleksibel," ungkap dia.

Tujuannya, lanjut dia,  adalah agar siswa dapat berfokus pada apa yang diminati.

“Untuk itu, saya mendorong agar sekolah-sekolah di Surabaya dapat segera menerapkan kurikulum prototipe ini, sebab kurikulum ini sudah melalui uji coba. Untuk sekolah yang ingin mengadopsi kurikulum ini, tidak ada seleksinya. Proses yang dijalani hanyalah pendaftaran dan pendataan, kemudian sekolah akan mempelajari terkait penerapan kurikulum ini,” pungkas Tjutjuk. (lan/ns)