Pandemi, Industri Manufaktur Masih Bertahan
Di masa pandemi, para pelaku usaha harus bisa mengikuti perkembangan. Jika tidak, mereka bisa berhenti.
Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Di masa pandemi, para pelaku usaha harus bisa mengikuti perkembangan. Jika tidak, mereka bisa berhenti. Salah satu UMKM suplier PT Astra Honda Motor (AHM), UD. KS Pro yang bergabung dengan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Yayasan Darma Bhakti Astra (YDBA). Usaha ini menjual produk manufaktur untuk kebutuhan otomotif ini masih terus bertahan hingga sekarang. Meski sebelumnya sempat mengalami penurunan omset hingga 25 persen.
"Alhamdulillah sekarang balik 100 persen lagi," ucap owner UD KS Pro, Kasiadi dalam acara kunjungan virtual yang digelar YDBA bertemakan Industri Manufaktur Tetap Eksis Ditengah Pandemi, Selasa, (16/2). Menurutnya, seorang pelaku usaha harus bisa melihat situasi. Sejak pandemi, cara penjualan Kasiadi pun berubah.
Ia lebih mengandalkan reseller. Bahkan, saat ini sudah memiliki 15 reseller yang tersebar diseluruh wilayah. Pria yang membangun usahanya di wilayah Waru ini menegaskan jika tiap reseller dalam sehari menjual sekitar 30 item. Paling sedikit 5-8 item, dan itu sangat membantu Kasiadi.
"Mereka juga melakukan penjualan melalui online dan itu sangat membantu. Masih banyak kok pembeli dari online. Jadi jangan khawatir kalau mau buka usaha," ujarnya. Selain merubah pola penjualan, ia juga menambah varian produk.
Jika dulu awalnya hanya menjual komponen otomotif seperti stang stir, standar pijakan kaki depan dan komponen lainnya. Kini, ia juga membuat kopor mesin pengairan, keranjang lipat, dan produk lainnya yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan tren di masa pandemi ini.
"Jadi kita harus mempelajari konsumen, supaya produk yang kita hasilkan laku terjual," tandasnya.
Selain dua upaya itu, ia juga melakukan apa yang bisa dilakukan. Dalam artian, tidak hanya diam menunggu konsumen tetapi lebih proaktif menjemput konsumen.
Hal senada juga dilakukan owner PT Borneo Mashudi. Bahkan, Mashudi bersyukur tak alami penurunan omzet. Jika Kasiadi lebih memfokuskan pada reseller, Mashudi lebih fokus pada pemanfaatan pembelian bahan yang lebih murah.
Di masa pandemi banyak bahan yang harganya naik. Ia menyiasati dengan mencari bahan atau material terjangkau supaya tetap memenuhi kebutuhan konsumen. Langkah kedua dan ketiga yang dilakukan sama. Yakni membaca tren konsumen dan melakukan apa yang bisa dikerjakan.
"Di masa pandemi ini, saya menambah produk yang saya jual. Jadi ada braket TV, kebutuhan dapur seperti gagang panci dan lainnya. Sehingga ketika item produk yang biasanya laris terjual dan saat pandemi menurun, bisa tergantikan dengan produk lain. Juga konsumen kami juga, selalu bermunculan bergantian," kata pria yang memulai usahanya sejak 2007 silam
Keduanya berharap, usahanya tetap eksis di masa pandemi dengan berbagai cara yang dilakukannya selama ini.(sby1/rd)