Pemkab Mojokerto MoU dengan Ubaya

Pemkab Mojokerto, melaksanakan perjanjian kesepakatan bersama atau MoU dengan Universitas Surabaya (Ubaya).

Pemkab Mojokerto MoU dengan Ubaya
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Bupati Mojokerto dan rektor Ubaya.

Mojokerto, HARIAN BANGSA.net - Pemkab Mojokerto, melaksanakan perjanjian kesepakatan bersama atau MoU dengan Universitas Surabaya (Ubaya) terkait pengembangan sumber daya dan potensi daerah serta pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengabdian masyarakat.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati dan Rektor Ubaya Benny Lianto dengan disaksikan Ketua Yayasan Ubaya Anton Priatno, Senin (12/4) pagi di Integrated Outdoor Campus (IOC) Ubaya, Kecamatan Trawas.

Bupati pada sambutan memaparkan beberapa tantangan sekaligus gambaran program kerja Pemkab Mojokerto yang membutuhkan sinergi dengan berbagai stakeholders, salah satunya  akademisi. Beberapa yang disebutkan adalah pengembangan potensi desa, SDM, cagar budaya, lingkungan, sarana prasrana umum, hingga kerjasama di bidang akademik. 

“Kerja sama kita sudah lama dan kontinyu, kami harap kita bisa terus bersinergi. Pembangunan di Kabupaten Mojokerto saat ini kami awali dari desa. Apalagi saat ini desa telah didukung DD, ADD hingga BK Desa,” kata bupati.

Dalam tatanan SDM pemerintahan, pihaknya sedang kekurangan ASN. Padahal pekerjaan sangat banyak. Banyak yang merangkap jadi plt. “Ini termasuk salah satu tantangan kami saat ini di samping tantangan lainnya. Namun, Pemkab  Mojokerto akan terus memaksimalkan potensi yang ada saat ini, dengan tetap berpedoman pada aturan berlaku,” kata Ikfina.

Ketua Yayasan Ubaya Anton Priatno pada kegiatan ini sempat bercerita tentang berdirinya Ubaya Trawas dengan berbagai kisah unik bersama warga sekitar.

“IOC ini adalah kampus ketiga Ubaya. Kami dirikan sesuai visi misi dimana pendidikan tidak cukup ilmu, tapi juga pendidikan karakter agar holistik,” jelas Anton.

Pembebasan tanah dilaksanakan sekitar tahun 1986 dan mulai dibangun sekitar 1998 dan 1999. Ketika pembebasan, pihaknya mengajak petani sini untuk berinovasi dalam pengembangan SDA. “Kami ajak mereka studi tanam salak pondoh ke Salatiga. Itu salah satu kenangan dan harapan kami, agar kita bisa terus bersinergi,” kata Anton.(hms/rd)