Penyebab Kekerasan Seksual pada Anak karena Adanya Narkolema
Kasus kekerasan seksual terhadap anak meningkat pada rentan waktu 2019 hingga 2021.
Sidoarjo, HARIANBANGSA.net - Kasus kekerasan seksual terhadap anak meningkat pada rentan waktu 2019 hingga 2021. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kekerasan seksual anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, kasus kekerasan seksual mencapai 6.454 kasus, pada tahun 2020 meningkat sebanyak 6.980 kasus.
Sejumlah ahli menyatakan, penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak salah satunya dapat terjadi karena adanya Narkolema, yaitu narkotika lewat mata (pornografi), yaitu apa yang kita lihat baik berupa gambar, alur cerita, foto maupun video yang melanggar norma-norma kesusilaan.
Pembelajaran sekolah yang berganti dari offline ke online memberi kesempatan anak mengakses internet sebanyak-banyaknya. Termasuk konten yang seharusnya belum boleh diakses oleh anak sekolah, tanpa pengawasan yang ketat memperbesar kemungkinan anak terpapar oleh pornografi.
Berdasarkan data kasus tersebut Komite SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo merasa harus melakukan webinar parenting komunikasi reflektif dengan anak bertema Edukasi Kesehatan Reproduksi , Dianggap Tabu Padahal Perlu.
Kordinator Pelaksana Webinar Mira Safrina mengungkapkan bahwa tema tersebut dipilih sekaligus untuk memperingati Hari Pendidikan Seks Internasional yang diperingati setiap tahunnya pada 2 Februari. “Salah satu bentuk dukungan terhadap itu maka orang tua perlu tahu dan terlibat salah satunya dengan mengikuti webinar ini,” ujar Mira.
Kepala Sekolah SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo Ririn Indriyanti menjelaskan bahwa webinar parenting berkaitan dengan kesehatan reproduksi sangat penting. Saat semua terakses dengan mudah melalui internet, maka perlu dilakukan edukasi sejak dini.
“Edukasi yang baik adalah edukasi yang mengedepankan keterbukaan tetapi dibarengi dengan informasi yang benar dan positif terkait hal-hal yang dianggap tabu tetapi sangat perlu,” kata Ririn.
Di SD Pembangunan Jaya 2 melalui pembelajaran tematik telah diperkenalkan tentang pentingnya bagaimana cara menjaga kesehatan pribadi. Webinar ini bisa menjadi wadah untuk belajar bagaimana mengedukasi terkait dengan kesehatan reproduksi untuk anak yang penting dikenalkan sejak dini.
Pemateri Anastasia Satriyo , psikolog anak dalam webinar menjelaskan bahwa penting bagi orangtua untuk menyiapkan psikologi dalam mengontrol diri sendiri sebelum menangani anak, karena otak anak menyerap energi dari orang tua.
Kecanggungan dalam mendiskusikan pendidikan seks kepada anak terjadi karena memang tidak terbiasa membicarakannya. “Jadi sekarang perlu membiasakan diri membicarakan pendidikan seks. Saat ini memang lebih mudah membicarakan hidung dan telinga dibanding membicarakan penis dan vagina,” ujar Anastasia.
Seksualitas perlu diajarkan sebagai bentuk pengenalan diri anak, bukan hanya urusan penestrasi alat kelamin. Mengajarkan perilaku seksual yang bertanggung jawab, merupakan alasan kenapa pendidikan seks harus diberikan oleh orang tua. Posisi orang tua yang memberikan rasa aman dan dipercaya bisa mempermudah anak berbagi pengalaman dan permasalahan.
Anastasia menjelaskan lebih lanjut bahwa pendidikan seks pada anak usia dini yang dilakukan lewat obrolan, cerita, dan diskusi dua arah mempunyai manfaat membuka jalan untuk diskusi mengenai seksualitas di fase kehidupan anak selanjutnya.
Lebih lanjut lagi yang terpenting bahwa pendidikan seksualitas membantu mencegah anak mengalami kekerasan dan pelecehan seksual. Karena anak memiliki pengetahuan yang benar dan konsep yang tepat dan sehat. Webinar yang berlangsung selama tiga jam diikuti oleh 90 peserta lebih orangtua dari berbagai daerah di Indonesia.(cat/rd)