Pimpinan DPRD Surabaya Sambut Baik Rencana Pemkot Menghidupkan kembali THR
Sebab APBD Surabaya 2023 sebesar Rp11,2 triliun belum memungkinkan untuk pembukaan fasilitas publik tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam proses pemulihan ekonomi pascapandemi pandemi Covid-19.
Surabaya, HB.net - Pemkot Surabaya berencana membuka kembali Taman Hiburan Rakyat (THR). Namun, upaya Pemkot untuk mewujudkan pusat tontonan rakyat maupun ruang berkreasi seni dan budaya itu masih menunggu investor.
Sebab APBD Surabaya 2023 sebesar Rp11,2 triliun belum memungkinkan untuk pembukaan fasilitas publik tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam proses pemulihan ekonomi pascapandemi pandemi Covid-19.
Ada beberapa titik bangunan THR yang rusak. Namun, kerusakan ini tidak melunturkan kokohnya bangunan pusat seni pertunjukan seni tradisi ini. Apalagi, ludruk yang menjadi kesenian asli Suroboyo lahir dan berkembang dari THR.
Rencana tersebut mendapat dukungan dari Pimpinan DPRD Kota Surabaya.
"Saatnya semua pihak saling menguatkan menghidupkan kembali seni pertunjukan asli Surabaya di THR," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony yang sebelumnya sempat meninjau lokasi THR di di Jl Kusuma Bangsa, Surabaya. Saat berkunjung, AH Thony mendapati THR sudah sangat tidak layak pakai dan harus dibenahi total apabila hendak dihidupkan kembali.
Ada empat gedung pertunjukan di atas lahan 5,2 hektare itu ditumbuhi pohon liar. Aneka tanaman liar merambat menjulang bersama pohon tak beraturan.
Gedung-gedung pertunjukan, yakni gedung ludruk, ketoprak, wayang orang, dan Srimulat tertutup pohon liar itu. Dinding dan atapnya dirambati tanaman liar bak rumah hantu.
THR ini berada satu areal terintegrasi dengan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang merupakan aneka wahana mainan dan Hi-Tech Mall. Saat ini, baik THR maupun TRS tutup dan sejak 2018 tutup total.
Saat ada informasi atas rencana dibukanya kembali THR, kata Thony, sebagian besar masyarakat Surabaya antusias.
Menurut Thony, di era modernisasi saat ini, masih banyak masyarakat yang merindukan dan mencintai kesenian tradisional asli Surabaya.
"Jantung kesenian dan budaya Suroboyo ada di THR. Sebab, setiap waktu, seluruh pelaku seni bersama masyarakat mengembangkan seni pertunjukan di gedung yang representatif di THR. Begitu ada niat menghidupkan kembali, harus kita dukung penuh," kata AH Thony.
Dia berharap kepada Pemkot Surabaya agar THR menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Kesenian tradisional yang hidup di era sekarang harus dilakukan modernisasi. Bukan mengubah menjadi seni modern, tapi didukung dengan sistem yang modern.
AH Thony melihat gejala positif dari masyarakat menyambut rencana dibukanya kembali THR. Masyarakat siap bergotong royong, bahu-membahu, bahkan siap urunan agar tempat hiburan rakyat asli Surabaya itu terwujud.
Menurut Thony, hal ini menunjukkan masyarakat Surabaya siap mendukung penuh agar THR hidup kembali. Masyarakat sadar bahwa Pemkot Surabaya juga perlu partisipasi warga untuk mewujudkan impian bersama menghidupkan kembali THR.
Bukti semangat 45 masyarakat Surabaya tidak hanya melawan penjajah, namun dalam menghidupkan THR memang tak bisa dibendung. Langkah tersebut merupakan partisipasi langsung dan tampak nyata.
"Jika ada rencana untuk mendatangkan investor untuk menghidupkan kembali THR, itu langkah tepat. Namun, ada baiknya tidak terlalu menggantungkan investor itu juga lebih baik," kata AH Thony.
Kondisi THR Surabaya yang direncanakan akan kembali dihidupkan
Tak hanya DPRD, sejumlah seniman di Surabaya juga merspons positif rencana pemkot menghidupkan kembali THR. Cak Meimura, dedengkot ludruk Suroboyo menyebut Surabaya saat ini sangat butuh gedung pertunjukan seni dan budaya.
Menurut dia, pusat kota Jatim ini tidak lepas dari seni ludruk, wayang orang, ketoprak hingga grup lawak Srimulat. "Ada kesenian artinya ada senimannya. Untuk itu harus ada ekosistemnya. Sampai saat ini tempat itu ada di Surabaya, yakni THR," kata Cak Meimura.
Seniman senang begitu mendapat kabar bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin membuka dan menghidupkan kembali THR. Bagi Meimura, THR bukan sekadar tontonan, tapi tuntunan. Ada transformasi nilai. (lan/ns)