PJB Targetkan 8.085 MW dalam RUPTL
Diusianya yang ke-26 tahun, PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) sebagai anak PLN terus melakukan penambahan pembangkit dan melakukan pemeliharaan.
Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Diusianya yang ke-26 tahun, PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB) sebagai anak PLN terus melakukan penambahan pembangkit dan melakukan pemeliharaan. Yang dipelihara, yakni pembangkit milik PLN dan swasta. Hal ini dikatakan Direktur Pengembangan dan Niaga PJB Iwan Purwana.
Pada tahun ini, PJB akan menambah pembangkit dalam rencana usaha pembangkit tenaga listrik (RUPTL) selama 10 tahun. Pada 2021 hingga 2030 dilakukan penambahan hingga 40,6 GW. Dengan porsi untuk energi baru terbarukan (EBT) 52 persen dan non EBT (fosil) 48 persen.
"Untuk tahun ini kita targetnya 8.085 MW, tahun berikutnya 4.919 MW dan seterusnya bisa kita lihat ditabel," katanya dalam Diskusi Webinar Pengembangan Energi Baru Terbarukan, Selasa (12/10).
Sementara itu, berdasarkan pengembangan porsi terbesar pembangkit dari pihak swasta atau yang dikenal dengan IPP sebanyak 64 persen. PLN sendiri sebanyak 35 persen dan untuk kerja sama wilayah usaha sebesat 1 persen. "Sehingga total 4.085 MW yang dibangun untuk tahun ini 64 persen dibangun pihak swasta dan 36 persennya dari PLN," katanya.
Untuk program pengembangan EBT, bekerja sama dengan IPP melalui PJB I (perusahaan yang bergerap bidang investasi pembangunan) melalui project finance.
Untuk skala besar memang harus seperti itu, namun kalau skala kecil menurut Iwan bisa dilakukan sendiri. Seperti di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata yang 1MW. Bahkan selain RUPTL, Iwan menegaskan ada program PLTS ke pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia.
"Kapasitas 50 sampai 100 KW tiap pulau. Nah, ini skala kecil jadi kita lakukan sendiri. Biasanya dananya hanya miliaran tidak sampai ratusan miliar. Salah satunya ya di PLTS Cirata itu. Kalau untuk di pulau-pulau paling tidak, 3 bulan sudan rampung. Ini diluar RUPTL ya," tegasnya.
Ia juga menambahkan, saat ini di Cirata juga ada penambahan pembangkit untuk disalurkan, yakni 145 MW. Iwan menegaskan, jika PLTS tersebut membutuhkan 1 hektare lahan untuk 2 MW. Sehingga jika tidak ada lahan bisa dilakukan secara terapung tetapi tidak menganggu nelayan tentunya.
"Kami optimis bisa tercapai sesuai target. Kenapa kita optimis karena kita punya personel yang terverifikasi serta menawarkan total solution dan kemitraan lokal," pungkasnya.(diy/rd)