Ratusan Pengungsi Bertahan di Tanggul Brantas
Banjir yang diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Avoeur Besuk dan Brawijaya yang berada di Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, kian meluas.
Jombang, HARIAN BANGSA.net - Banjir yang diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Avoeur Besuk dan Brawijaya yang berada di Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, kian meluas.
Sebelumnya lokasi banjir paling hanya di wilayah Desa Gondangmanis, Kecamatan Bandarkedungmulyo. Kini, banjir sudah mulai masuk ke Desa Bandarkedungmulyo dengan ketinggian air mencapai dua meter lebih. Karena tingginya air, hampir seluruh warga desa tersebut mengungsi di tempat aman yang disediakan pemdes setempat.
Namun ada pemandangan yang unik ketika melihat banyaknya tenda-tenda berjajar di atas tanggul Sungai Brantas yang berada di Desa Bandarkedungmulyo. Ternyata, tenda dengan terpal seadanya tersebut milik pengungsi yang memilih bertahan saat rumahnya terendam air.
Terlihat, kurang lebih dua kilometer tanggul ini, dipenuhi dengan tenda-tenda yang dibangun warga dengan bahan terpal yang diikatkan pada batang bambu. Beberapa tenda berbentuk tenda tertutup. Namun tak jarang juga berbentuk tenda terbuka.
Sedangkan untuk alas tenda hanya menggunakan terpal yang dilapisi karpet bagian atasnya. Pemuda, anak-anak, bayi, ibu-ibu hingga lansia terlihat menempati tenda-tenda darurat ini. Selain itu, sejumlah hewan ternak juga diletakkan warga di lokasi ini usai berhasil diselamatkan dari rumahnya.
Dari pengakuan salah satu pengungsi yang berada di tanggul Sungai Brantas, Siti Saroh (50), warga Dusun Kedunggabus, Desa Bandarkedungmulyo. Dirinya sudah sejak Jumat (5/2) malam menempati tenda ini, usai rumahnya mulai terendam air.
"Sekitar pukul 23.00 WIB, saya dan warga lainnya mulai pindah ke sini. Karena ini tempat tanah yang paling tinggi. Kami bangun tempat seadanya. Siapapun yang mau mengungsi disini masih bisa. Ya pokoknya bisa untuk tidur dan berlindung," ujarnya saat ditemui dilokasi, Minggu (7/2).
Diakui juga, pihak pemdes memang sudah sempat mengajak mereka untuk pindah ke tempat pengungsian dan posko yang terpusat di Balai Desa Bandarkedungmulyo. Namun, karena pertimbangan jarak dan ketersediaan lahan, banyak warga akhirnya memilik tetap bertahan.
"Kalau ke balai desa jauh Mas. Mending di sini saja, dekat rumah. Juga bisa mengawasi hewan buat yang punya ternak," tutur Saroh.
Karena bertahan di pengungsian tak resmi, lanjut Saroh, warga di sini mengalami kendala lantaran masih harus memasak sendiri untuk kebutuhan makanan mereka. Selain itu, juga tak adanya fasilitas MCK.
"Bantuan cuma datang dari teman-teman saja. Makan ya masak sendiri. Kebetulan bawa kompor dan elpiji. Kalau dari pemerintah belum ada ini. Untuk mandi dan buang air besar juga kesulitan," tegasnya.
Terpisah, Kepala Desa Bandarkedungmulyo Zainal Arifin tak membantah akan adanya hal itu. Pihaknya mengakui masih banyak warga yang nekat bertahan di tanggul dengan tenda darurat. Kondisi para pengungsi di tanggul ini cukup memprihatinkan. Selain penyaluran bantuan yang masih minim kepada mereka, pendataan juga belum bisa dilakukan.
"Jadi untuk pengungsi yang tercatat di balai desa, ada 400 lebih warga. Yang di tanggul juga masih sangat banyak. Jadi yang di tanggul memang tidak terdata sampai sekarang berapa jumlahnya. Ya sementara hanya distribusi hanya mereka butuh minum dikirim, butuh makanan dikirim," jelasnya.
Pemdes berharap agar para pengungsi yang masih bertahan di tanggul untuk mau bergabung dan pindah ke tempat pengungsian di balai desa. Upaya membujuk mereka pun terus dilakukan agar mau pindah ketempat aman.
"Kita sudah siagakan SD Bandar 1 dan SD Bandar 2 kalau memang balai desa sudah penuh untuk arena pengungsi. Tapi rata-rata penduduk memang masih ragu,” ucap Zainal.
Pihaknya cuma bisa berharap mereka mau terpusat di sini, sehingga penyaluran bantuan mudah. Pendataan kesehatan juga bisa dilakukan. Tentu pihaknya juga mengkhawatirkan ada lansia juga anak-anak di sana.(aan/rd)