Santri Tewas Dikeroyok Senior, Kemenag Bakal Kumpullan Ketua Yayasan

Salah satunya dari Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Bangkalan, Akhmad Sururi, bahwa kejadian tersebut mengejutkan baginya. Sebab, sebelumnya sudah ada komitmen bersama seluruh ketua yayasan se-Bangkalan, dalam membentuk Madrasah Ramah Anak (MRA).

Santri Tewas Dikeroyok Senior, Kemenag Bakal Kumpullan Ketua Yayasan
Ilustrasi.

Bangkalan, HB.net - Peristiwa pengeroyokan yang menewaskan BT (16) santri asal Desa Bulukagung, Kecamatan Klampis oleh seniornya di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) wilayah Desa Campor, Kecamatan Geger Bangkalan mendapat atensi dari sejumlah pihak.

Salah satunya dari Kepala Kementrian Agama (Kemenag) Bangkalan, Akhmad Sururi, bahwa kejadian tersebut mengejutkan baginya. Sebab, sebelumnya sudah ada komitmen bersama seluruh ketua yayasan se-Bangkalan, dalam membentuk Madrasah Ramah Anak (MRA).

"Kami sudah mendeklarasikan MRA, jadi terkejut juga ada peristiwa ini. Kami akan mencoba mengumpulkan kembali semua ketua yayasan, untuk penguatan komitmen MRA. Bukan hanya Ponpes saja, tapi semua sekolah dibawah naungan kami," ungkapnya melalui sambungan telepon, Jumat (10/3/2023).

Sejauh ini Ponpes  merupakan yang tertib secara administrasi serta pengurus dan pengasuh selalu terbuka. Bahkan, atas kejadian itu, pihak Ponpes tetap proaktif mendukung untuk proses peradilan.

 "Dari segi administrasi, mereka tergolong bagus, semua izinnya juga lengkap dan hidup. Memiliki sekolah formal mulia dari tingkat SD hingga SMA dan non formal," imbuhnya.

Mantan Kepala Sekolah (Kasek) Madrasah Aliyah Negara (MAN) Bangkalan itu, menilai, pihak lembaga maupun pengurus, kecolongan dengan kejadian tersebut. Sebab, kejadiannya diluar sepengetahuan pengasuh dan pengurus.

"Sebelum kejadian, kegiatan masih berjalan normal, masih berjemaah ngaji bersama karena bertepatan malam nisfu sya'ban. Informasinya, kejadian itu bermula ada kegaduhan di asrama santri, ada barang hilang hingga berujung cekcok dan saling menuduh. Persisnya kami juga belum tahu, tunggu proses hukumnya pasti akan diungkap," tandasnya.

Terpisah Kepala Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBP3A) Bangkalan, Amina Rachmawati menilai bahwa kejadian tersebut bukan unsur kesengajaan atau kebiasaan Ponpes dalam mendidik santri. Sebab pada umumnya, anak-anak dimasukkan pada Ponpes untuk di didik ahlaknya.

"Jika dibutuhkan kami siap melakukan pendampingan. Pelaku dan korban sama-sama santri, tidak menutup adanya pelaku dibawah umur. Sekarang prosesnya sedang ditangani kepolisian, jadi tunggu prosesnya selesai dulu, lalu jika memang perlu pendampingan akan kami lakukan," pungkasnya. (fat/uzi/diy)