Wujudkan Elektrifikasi 100 Persen, PLN UID Jatim Upayakan Listriki 13 Desa Tersisa
Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah pelanggan rumah tangga yang telah terlistriki dengan jumlah rumah tangga secara keseluruhan.
Surabaya, HARIAN BANGSA.net - Rasio elektrifikasi merupakan perbandingan jumlah pelanggan rumah tangga yang telah terlistriki dengan jumlah rumah tangga secara keseluruhan.
Hingga Mei tahun 2021, angka rasio elektrifikasi Jawa Timur telah mencapai 103.53 persen. Melampaui target yang diperkirakan dapat mencapai angka 100 persen pada akhir tahun 2021.
Namun pencapaian ini bukan berarti pekerjaan telah selesai. Secara lebih detail, dari 38 kabupaten atau kota yang ada di Jawa Timur, terdapat 13 kabupaten atau kota yang belum mencapai rasio elektrifikasi 100 persen.
Kabupaten Sumenep dengan rasio elektrifikasi 71,68 persen menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur untuk dapat mewujudkan rasio elektrifikasi 100 persen di Jatim.
“Setidaknya terdapat 13 desa di Kabupaten Sumenep yang belum terlistriki dan hingga kini sedang dalam proses survei, pembangunan pembangkit, dan pemasangan tiang jaringan secara bertahap,” terang Manajer Unit Pelaksana Proyek Kelistrikan (UP2K) Jawa Timur, Imam Asrori.
13 desa tersebut di antaranya adalah Masalima, Sukajeruk, Karamian, Sepanjang, Tanjung Keok, Saur Saibus, Saseel, Sadulang, Pagerungan Besar, Lombang, Jate, Banbaru dan Banmeleng. Seluruhnya tersebar di beberapa pulau. Seperti Masalembu, Karamian, Sepanjang, Saur, Saseel, Sadulang besar, Pegerungan Besar dan Gili Raja yang menjadi bagian dari wilayah kerja Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kangean dan Sumenep, UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan) Pamekasan.
Ditargetkan pada tahun 2022-2023, pembangunan pembangkit dan pemasangan jaringan listrik dapat selesai dan dioperasikan. Sehingga masyarakat 13 desa dengan potensi 16.160 pelanggan tersebut dapat menikmati aliran listrik dari PLN.
Upaya melistriki pulau-pulau kecil di Madura ini tak jarang menemui berbagai macam kendala. Seperti perizinan kawasan untuk pembangunan pembangkit dan pemasangan jaringan listrik. Kemudian, kondisi geografis yang sulit, sarana transportasi terbatas, kondisi dermaga yang kecil sehingga tidak dapat disinggahi kapal besar pengangkut material menuju ke pulau, hingga cuaca ekstrem yang kerap melanda kepulauan. Sehingga petugas kesulitan untuk dapat melakukan survei, membawa material, maupun melaksanakan pekerjaan pembangunan.
"Melistriki kepulauan bukan perkara yang mudah. Mulai dari medan yang sulit ditempuh, infrastruktur yang amat minim, hingga lokasi geografis yang sulit dijangkau,” papar Manager ULP Kangean, Muhammad Daan Agung Lazuardi.
Terlebih di tengah pandemi seperti ini. Transportasi antarpulau juga tidak mudah. “Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk dapat menyalurkan tenaga listrik untuk masyarakat. Sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi" imbuh Muhammad Daan Agung Lazuardi.
Telah menjadi komitmen bagi PLN untuk terus melistriki hingga pelosok negeri meski terkadang tak mudah dalam pelaksanaannya. Upaya untuk mencapai angka rasio elektrifikasi 100 persen membawa harapan agar listrik dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, dan mampu membawa perubahan serta pertumbuhan ekonomi. Tak hanya di Jawa Timur tetapi juga di Indonesia.(ADV/mid/rd)